*

*

Ads

Kamis, 24 Januari 2019

Pendekar Sakti Jilid 104

Tiga orang panglima pengawal Menteri Lu Pin menjadi kagum sekali, mereka lalu memandang kepada Ang-bin Sin-kai dan menjura sebagai tanda terima kasih. Namun Ang-bin Sin-kai tidak memperhatikan mereka, melainkan datang mengehampiri Menteri Lu Pin dan tersenyum pahit dan berkata,

“Inilah jadinya kalau kau membantu kaisar lalim!”

Menteri Lu Pin sejak tadi telah basah matanya, mendengar ucapan ini, dia mengedikkan kepala dan berkata keras,

“Twako, aku bukan berjuang untuk kaisar, melainkan untuk tanah air dan bangsa! An Lu Shan telah berkhianat dan merusak negara, semua bukan semata kesalahan kaisar, namun para petugas juga mempunyai bagian dalam kesalahan itu. Aku bersumpah hendak membalas dendam kepada An Lu Shan, aku sengaja pergi membawa harta benda di dalam peti ini untuk membentuk pasukan baru agar dapat mengusir penjajah khianat itu dari kota raja!”

“Adik Pin, suaramu seperti harimau ompong tak berkuku yang meraung-raung! Kau yang begini lemah bagaimana bisa mengusir An Lu Shan dengan pasukannya yang dibantu oleh orang-orang pandai?” kata Ang-bin Sin-kai.

“Kita sama lihat saja nanti!” jawab Menteri Lu Pin gagah. “Biarpun aku seorang lemah, seorang seniman bodoh, namun semangatku masih, Sin-ko. Soal orang-orang pandai, ada kau di sini, takut apakah?”

Melihat sikap adiknya, Ang-bin Sin-kai menjadi terharu sekali.
“Orang bodoh, kau kira aku tidak tahu akan semua yang terjadi? Aku amat kagum kepadamu, Adikku. Kau patut menjadi teladan semua pembesar dan pemimpin rakyat. Kau tidak tahu bahwa semenjak kau keluar dari kota raa, aku selalu mengikuti kau secara diam-diam. Aku telah mendengar pula tentang nasib keluargamu. Ah, adikku yang gagah, kau menderita demikian hebat akan tetapi masih bersemangat membela negara, sungguh aku pengemis hina-dina merasa bangga dan juga malu kepada diri sendiri.”

“Sin-ko, jangan kau berkata begitu…….”

Menteri Lu Pin mencucurkan air mata saking terharunya. Ia menghampiri kakek pengemis itu dan kedua orang kakak beradik ini berpelukan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Dari kedua mata Ang-bin Sin-kai berlinang dua butir air mata. Inilah adik kandungnya, menteri setia yang berjiwa patriot asli! Dan adiknya ini padahal seorang lemah yang tidak mengerti ilmu silat! Sedangkan dia, seorang yang semenjak kecil mempelajari kepandaian silat, tidak mengacuhkan sama sekali tentang keselamatan tanah air!

Pada saat berpelukan dengan Menteri Lu Pin, terbangunlah semangat dalam dada Ang-bin Sin-kai. Tak patut dia disebut seorang gagah apabila dia tidak dapat berbuat seperti adiknya ini, tidak dapat mengorbankan diri untuk rakyat dan negara. Ia tahu bahwa An Lu Shan mendapat bantuan dari orang-orang pandai, di antaranya Hek-i Hui-mo sendiri menjadi sekutu An Lu Shan. Siapakah akan dapat menghadapi mereka kalau tokoh-tokoh seperti dia tidak mau turun tangan?

“Adik Pin, kau betul. Harta ini harus kau simpan baik-baik dan dengan diam-diam kau dapat mengerahkan kesatuan yang kuat, atau setidaknya dengan harta ini kau dapat membantu pengerahan para pasukan rakyat gerilya. Aku tahu sebuah tempat persembunyian yang amat baik, Adikku. Pergilah ke timur, di sebelah bukit ini terdapat pegunungan dan setelah kau menyeberangi sungai kecil, kau akan melihat hutan pohon pek dan di sebelah selatan hutan itulah terdapat sebuah gua besar yang penuh dengan tulang-tulang binatang purbakala yang besar-besar. Gua itu lebar sekali, aku telah mempergunakannya sebagai tempat bertapa. Kau bawalah harta ini dan kau bersembunyilah di gua itu. Gua itu tertutup oleh serumpun pohon bunga cilan yang lebat sekali, takkan terlihat dari luar. Aku sendiri akan segera ke kota raja dan akan kuhajar An Lu Shan dan kaki tangannya. Selamat berpisah adikku!”






Bukan main girangnya hati Menteri Lu Pin mendengar ini. Memang dia amat kecewa melihat kakaknya yang sakti ini di kala terjadi perang, tidak muncul sama sekali. Memang mereka sekeluarga adalah keturunan patriot ternama, sudah selayaknya kalau kakaknya pun bersikap sebagai seorang pahlawan bangsa.

“Terima kasih, Sin-ko. Semoga perjuanganmu berhasil,” jawabnya.

Dua orang kakak beradik ini kembali berpelukan, disaksikan oleh tiga orang panglima yang memandang dengan penuh penghormatan dan kekaguman. Mereka menjadi saksi dari pertemuan dua orang kakak beradik yang berjiwa gagah, namun yang keadaannya amat berlainan, seorang kakek pengemis dan seorang menteri setia, namun keduanya gagah perkasa dalam bidang masing-masing. Mereka lalu berpisah dan tiga orang panglima itu melanjutkan kawalan mereka terhadap Menteri Lu Pin, menuju ke tempat yang ditunjuk oleh Ang-bin Sin-kai.

Benar saja seperti petunjuk dari Ang-bin Sin-kai, mereka mendapatkan gua besar itu yang amat lebar dan di situ penuh dengan tulang-tulang besar putih dan kuat. Selain ini juga di sebelah ruangan kecil di dalam gua itu mereka mendaparkan sebuah hiolouw (tempat hio atau tempat abu hio) yang amat besar dan kuno.

Hiolouw ini biasanya dipergunakan oleh Ang-bin Sin-kai untuk membakar dupa dan akar-akar untuk mengusir hawa busuk dari dalam gua. Melihat tulang-tulang berserakan itu, Menteri Lu Pin tertarik sekali hatinya. Dia adalah seorang ahli ukir yang kenamaan dan pandai, melihat tulang-tulang ini dia merasa tertarik dan gembira. Tulang-tulang itu merupakan bahan untuk diukir yang baik sekali.

Setelah membereskan dan membersihkan tempat itu, Menteri Lu Pin lalu menyuruh tiga orang panglima pengawalnya untuk mulai menghubungi para pejuang rakyat. Mereka ditugaskan untuk memperkuat pasukan-pasukan rakyat yang melakukan perlawanan terhadap pemberontak An Lu Shan.

Mereka disuruh membawa sebagian daripada harta istana itu untuk membiayai dan membantu pergerakan rakyat dan sewaktu-waktu datang ke gua itu memberi laporan. Adapun Menteri Lu Pin yang hidup seorang diri di dalam gua, mendapatkan makanan dari buah-buahan yang tumbuh di sekitar tempat itu, dan di dalam waktu senggang, dia mulai membuat ukir-ukiran pada tulang-tulang besar tadi.

Menteri Lu Pin tinggal sampai bertahun-tahun di situ dan dia telah menciptakan ukir-ukiran berupa tengkorak-tengkorak manusia yang luar biasa besarnya, semuanya dibuatnya daripada tulang-tulang itu sehingga tengkorak-tengkorak atau rangka-rangka manusia raksasa itu seperti tulen, terbuat daripada tulang-tulang!

Ia mengatur dan menyambung-nyambung tulang-tulang ini, didirikan di sepanjang terowongan gua, berjajar seperti barisan raksasa yang menjaga gua, namun raksasa yang sudah menjadi rangka yang amat menyeramkan!

Memang, Menteri Lu Pin membuat ini bukan saja untuk menimbulkan daya khayalnya menjadi kenyataan, akan tetapi juga dengan maksud agar para penjahat yang iseng-iseng dan kebetulan masuk ke situ, akan menjadi ketakutan dan mundur kembali setelah melihat rangka-rangka raksasa yang benar-benar menyeramkan sekali itu.

**** 104 ****





Tidak ada komentar :