*

*

Ads

Selasa, 02 April 2019

Ang I Niocu Jilid 078

Sampai jenazah dimasukkan peti mati, Im Giok dan Kim Lian tidak meninggalkan tempat itu, bahkan malamnya mereka tidak mau pergi dari situ, biarpun dibujuk-bujuk oleh para pelayan dan tetangga yang datang melayat.

Lewat tengah malam, setelah para penjaga mengundurkan diri dan sebagian yang bertugas menjaga duduk di ruangan luar, di dalam ruangan jenazah itu hanya tinggal Im Giok dan Kim Lian berdua! Mereka duduk di dekat peti mati, menjaga agar hio tidak padam, demikian pun api lilin, dan kemudian terdengar mereka berbisik-bisik,

“Suci, sekarang aku tahu…”

Kim Lian memandang kepadanya, matanya bertanya,

“Aku tahu mengapa Ayah membunuhnya.”

Air matanya mengucur deras dan cepat-cepat ia mempergunakan saputangan untuk menyusut air matanya.

“Mengapa, Sumoi?”

“Aku ingat akan riwayat ibuku dahulu. Kematian Ibu yang membuat Ayah seperti menjadi gila itu adalah karena perbuatan seorang siucai bernama Cia Sun. Karena itu Ayah membenci para siucai dan kiranya… kiranya wajah Gan-siucai hampir serupa dengan wajah Cia Sun.” Im Giok menutupi mukanya dengan kedua tangannya.

Kim Lian tidak berkata apa-apa, karena ia tidak tahu bagaimana harus menghibur adik seperguruannya. Ia tahu betapa hebat derita batin yang menimpa perasaan hati sumoinya.

“Aku berdosa besar terhadap Ayah… dahulu sering kali Ayah batuk-batuk dan sering kali dadanya terasa sakit… tentu Ayah telah menderita penyakit jantung semenjak kehilangan ibu. Dan tadi… ah…”

Im Giok kembali menutupi mukanya seperti orang merasa ngeri membayangkan kejadian tadi pagi,

“biarpun ayah meninggal karena penyakit itu, akan tetapi sebenarnya aku yang membunuhnya… Ayah, ampunkan anakmu yang berdosa, Ayah…” Im Giok lalu berlutut dan memeluk peti mati ayahnya, menangis tersedu-sedu.

Kim Lian memeluknya dan menariknya.
“Sudahlah, Sumoi, segala kejadian sudah ditentukan oleh Thian.”

Im Giok mengangguk-angguk dan mengerahkan tenaga untuk menenteramkan hatinya yang berguncang keras.

“Aku berdosa kepada Ayah… akan tetapi Ayah… Ayah juga berdosa terhadap Gan-koko… kasihan sekali Gan-koko yang tidak mempunyai kesalahan apa-apa. Dibunuh dalam keadaan penasaran. Ahhh, Suci, tolong kau menyuruh seorang pelayan untuk mengirim hio dan lilin secukupnya, kirimkan ke rumah penginapan Liok-nam. Biar arwah Gan-ko tahu betapa aku menderita karena kematiannya…”

Kim Lian mengangguk dan perlahan meninggalkan sumoinya untuk melakukan permintaan sumoinya itu.

Adapun Im Giok sepeninggal Kim Lian lalu berlutut di depan peti mati ayahnya dan diam tak bergerak seperti patung. Hanya bayangannya saja yang bergerak-gerak karena api lilin bergerak perlahan tertiup angin, yang dapat menerobos masuk ke dalam ruangan itu.

**** 078 ****





Tidak ada komentar :