*

*

Ads

Rabu, 08 Mei 2019

Pendekar Bodoh Jilid 057

Beberapa orang pelayan yang berkepandaian rendah dan karenanya tak berani membantu lalu menurunkan dua buah perahu kecil ke atas air. Vayami lalu menyalakan api dan membakar layar yang tergantung ke bawah hingga sebentar saja api menyala hebat di atas perahu itu. Ia lalu melompat dan hendak turun ke dalam perahu-perahu kecil yang telah dilepas ke atas air. Akan tetapi, melihat kecurangan pangeran ini, Kwee An meninggalkan ketiga pengeroyoknya dan ia mengejar pangeran itu sambil berteriak,

“Jangan kau berlaku curang!”

Akan tetapi, ketika ia telah tiba di depan pangeran itu, tiba-tiba Vayami menyerangnya dengan obor yang masih menyala. Kwee An terkejut karena serangan ini hebat juga dan diserangkan ke arah pakaiannya. Cepat ia mengelak dan tahu-tahu obor di tangan Vayami yang lihai itu telah diserangkan pula ke arah mukanya! Kwee An miringkan kepala dan selagi ia hendak membalas menyerang, tahu-tahu kaki Vayami telah berhasil menendang lututnya.

Biarpun ia dapat miringkan kakinya hingga yang tertendang hanya di atas lututnya dan karena ia mengerahkan tenaga dalamnya maka pahanya tidak sampai terluka, akan tetapi karena tendangan itu keras, dan juga karena mereka berdiri di pinggir perahu, maka tak ampun lagi tubuh Kwee An terpelanting keluar perahu dan jatuh tercebur ke dalam air!

Cin Hai terkejut sekali akan tetapi ia tidak berdaya menolong karena Hai Kong Hosiang mendesaknya dengan hebat. Ia melihat betapa semua pengikut Vayami dan pangeran itu sendiri melompat ke dalam perahu-perahu kecil dan terdengar Vayami berseru,

“Hai Kong Bengyu, lekas kau melompat kesini!”

Akan tetapi, Hai Kong Hosiang mana dapat meninggalkan Cin Hai begitu saja. Anak muda ini maklum bahwa jika hwesio itu dapat melompat ke dalam perahu, maka selain musuh besar ini tak dapat dirobohkan, juga keadaannya berada dalam bahaya.

Api di atas perahu telah mulai membesar dan bahkan kini telah memakan tiang besar di tengah perahu! Oleh karena ini, maka Cin Hai mengambil keputusan nekad dan menyerang mati-matian hingga hwesio itu sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk lari. Terpaksa Hai Kong Hosiang kertak gigi dan melayani dengan sama sengitnya.

Masih terdengar beberapa kali suara Vayami memanggil Hai Kong Hosiang akan tetapi karena hwesio itu tak dapat ikut pergi, terpaksa Vayami dan orang-orangnya mendayung perahu mereka melawan arus yang besar dan kuat karena perahu besar dimana Cin Hai dan Hai Kong Hosiang bertempur mati-matian itu telah hanyut ke tengah dan telah tiba di tempat yang airnya mengalir kencang.

Kwee An yang tercebur ke dalam air pun tak kuasa menahan bantingan air yang hebat dan terpaksa ia membiarkan dirinya terbawa hanyut sampai jauh. Baiknya ia pernah berlatih berenang pada Nelayan Cengeng, kalau tidak, mungkin ia akan mati di dalam permainan arus amat kuat itu!

Ia tak kuasa berenang ke pinggir karena arus amat deras dan sungai itu sangat lebar, maka ia hanya mempergunakan kepandaiannya untuk menghindarkan tabrakan dengan batu-batu karang dan membiarkan dirinya hanyut di permukaan air.

Sebentar saja ia terbawa hanyut jauh sekali dan setelah melalui sebuah tikungan, perahu besar dimana Cin Hai dan Hai Kong Hosiang bertempur telah lenyap dari pandangan matanya. Ia masih melihat betapa perahu itu mulai berkobar, maka diam-diam Kwee An sangat mengkhawatirkan keselamatan Cin Hai.

Ilmu kepandaian Hai Kong Hosiang memang hebat. Ini terasa sekali oleh Cin Hai, karena sungguhpun pemuda ini telah mengerahkan semua kepandaian dan tenaganya, namun ia tetap tak dapat merobohkan Hai Kong Hosiang. Padahal mereka telah bertempur lebih dari dua ratus jurus. Sungguh harus ia akui bahwa inilah lawan yang paling tangguh yang pernah ia jumpai, kecuali Hek Pek Moko. Kalau dibanding dengan Beng Kong Hosiang, yaitu suheng atau kakak seperguruan Hai Kong, hwesio ini bahkan jauh lebih tangguh. Apalagi sabuk ular di tangan kirinya, sungguh-sungguh sukar dilawan karena berbahaya sekali.

Sebetulnya, ilmu kepandaian yang diwarisi oleh Cin Hai dari Bu Pun Su, boleh dibilang menjadi raja ilmu silat, karena ilmu ini membuat ia dapat mengetahui semua rahasia segala macam ilmu silat yang ada. Akan tetapi, oleh karena sebelum mempelajari ilmu kepandaian hebat ini Cin Hai belum mempunyai dasar-dasar ilmu silat lain, maka sekarang ia hanya mempunyai daya tahan yang sangat kuat saja, dan kurang kuat dalam hal menyerang atau boleh juga disebut kurang agresip.






Memang, daya tahannya luar biasa kuatnya dan tak sembarang tipu gerakan yang dapat merobohkannya, akan tetapi sebaliknya daya serangnya lemah sekali oleh karena untuk dapat menyerang ia hanya dapat memetik dari jurus-jurus Ilmu Silat Liong-san yang dipelajarinya dari Kanglam Sam-lojin atau Ilmu Silat Lima Teratai dan Tarian Bidadari yang dipelajarinya dari Ang I Niocu.

Paling banyak ia hanya dapat meniru gerakan lawan untuk membalas menyerang, akan tetapi sudah tentu saja gerakannya kurang mahir, dan pula, apa artinya ilmu silat lawan digunakan untuk menyerang? Sudah tentu lawan itu sudah mengenal serangan ini dan amat mudah mengelak atau menangkisnya.

Maka biarpun Cin Hai dapat menghadapi Hai Kong Hosiang dengan baik akan tetapi juga amat sukar baginya untuk menjatuhkan lawan yang luar biasa tangguhnya ini. Memang dengan Tarian Bidadari, beberapa kali ia telah berhasil menghantam pundak dan lengan Hai Kong Hosiang dengan sulingnya, akan tetapi hwesio ini mempunyai tubuh kebal karena ia telah mempelajari dan memiliki ilmu kebal yang disebut Kim-kang-san atau Pakaian Baju Emas.

Juga ilmu lweekang hwesio ini sudah cukup tinggi hingga sering kali kalau suling Cin Hai menotok jalan darahnya, ia tidak mengelak, akan tetapi menggunakan tenaganya untuk menutup jalan darahnya itu dan mengerahkan Kim-kang-san untuk menolak pukulan itu!

Diam-diam Cin Hai merasa kagum sekali dan ia tidak menyangka bahwa juga Hai Kong Hosiang merasa kagum kepadanya karena hwesio ini mengakui di dalam hati bahwa apabila pemuda ini telah matang latihannya, tentu ia takkan sanggup menghadapinya lebih lama daripada seratus jurus!

Sementara itu, kini seluruh permukaan perahu telah mulai berkobar dan bahkan api telah menjalar mendekati mereka yang sedang bertempur! Tiang besar di dekat mereka juga telah terbakar dan hawanya menjadi panas bukan main!

Pada saat itu, Hai Kong Hosiang tanpa disengaja menginjak sebuah papan yang terbakar hingga sepatunya menginjak api panas, sedangkan pedang di tangan Cin Hai telah disabetkan dengan hebat ke arah pinggangnya! Hwesio itu berteriak kaget akan tetapi masih sempat menjatuhkan diri ke belakang hingga papan yang terbakar itu kena tertindih tubuhnya dan padam.

Dalam kemurkaannya, hwesio itu menggunakan kakinya menyapu tiang besar yang terbakar dan terdengar suara keras ketika tiang yang telah terbakar itu tidak tahan tertendang kaki Hai Kong Hosiang dan menjadi roboh! Dengan mengeluarkan suara hiruk-pikuk, tiang yang terbakar dan layar yang masih menggantung di atasnya itu tumbang menimpa mereka berdua!

Cin Hai cepat melompat pergi ke kepala perahu dan terhindar dari pada bahaya tertimpa tiang yang besar dan berat. Hai Kong Hosiang juga hendak melompat akan tetapi celaka baginya. Kakinya yang tadi digunakan untuk menyapu tiang secara kebetulan sekali terlibat oleh tali tambang yang besar, yaitu tali penarik layar yang bergantungan di tiang itu.

Oleh karena ini, gerakannya melompat membawa tiang itu dan layar di atas roboh ke arah dirinya! Ia mencoba mengelak akan tetapi tali itu seperti tangan yang kuat memegangi kakinya hingga kakinya tertimpa tiang itu dan layar yang lebar dan tebal menyelimuti tubuhnya!

Dengan kekuatan Kim-kang-san yang dimilikinya, Hai Kong Hosiang dapat menyelamatkan kakinya dan kaki itu tidak menjadi patah walaupun tertimpa tiang sebesar itu, akan tetapi ia menjadi sibuk karena sukar untuk keluar dari selimutan layar yang besar itu, sedangkan layar itu pun mulai berkobar dan termakan api!

Hai Kong Hosiang meronta-ronta, akan tetapi layar dan tiang itu sukar sekali dilepaskan dan ia menjadi gugup dan panik. Asap api telah masuk ke dalam selubungan layar dan membuat napasnya menjadi sesak. Dan pada saat itu, Hai Kong Hosiang tiba-tiba merasa takut! Ia merasa ngeri dan takut sekali menghadapi bahaya maut berupa api yang hendak membakar dirinya. Oleh karena ini, tak terasa pula ia memekik-mekik.

“Tolong… tolonglah jiwaku…”

Pada saat itu, Cin Hai telah berdiri di kepala perahu dan telah siap untuk terjun ke air, meninggalkan perahu yang telah terbakar itu. Ia memandang ke arah Hai Kong Hosiang yang tertimpa tiang dan tertutup layar dan ia merasa girang karena musuh besar ini pasti akan mampus terpanggang.

Tadinya ia bersiap sedia, karena kalau hwesio itu dapat melepaskan diri dari tindihan layar, ia hendak mengirim serangan tiba-tiba untuk menamatkan riwayat musuh yang tangguh itu. Akan tetapi ia menjadi lega ketika melihat bahwa hwesio itu tidak mampu melepaskan diri daripada kurungan layar dan tiang!

Cin Hai tersenyum, memasukkan pedang ke dalam sarung pedang, menyelipkan suling ke ikat pinggangnya dan hendak mengayunkan tubuhnya terjun ke air. Akan tetapi, pada saat itu telinganya mendengar jeritan Hai Kong Hosiang yang minta tolong!

Cin Hai berdiri termangu-mangu dan ragu-ragu. Mendengar pekik minta tolong itu, lenyaplah perasaannya bermusuh terhadap Hai Kong Hosiang. Yang terlintas dalam pikirannya pada saat itu hanyalah adanya orang yang terancam bahaya maut dan ia kuasa menolongnya, maka bagaimana ia dapat berlaku kejam dan tinggal berpeluk tangan melihat orang dimakan api? Ah, hatinya tak sekejam itu dan ia menjadi tidak tega sungguhpun di waktu bertempur, dengan senang hati ia akan menancapkan pedangnya di ulu hati hwesio itu!

Tanpa banyak pikir lagi, Cin Hai lalu melompat ke dekat layar dan tiang yang masih mengurung Hai Kong Hosiang dan dengan menggunakan sepatunya ia menginjak-injak api yang mulai membakar layar itu dari tubuh Hai Kong Hosiang.

Ternyata keadaan hwesio itu telah mulai payah karena selain api telah ada yang menjilat tubuhnya, juga ia telah dibuat tak berdaya oleh asap. Pertolongan yang datang tiba-tiba ini membuat ia dapat bernapas lagi dan ia duduk terengah-engah sambil terbatuk-batuk sedangkan kakinya masih tertindih tiang!

Melihat muka hwesio yang telah menjadi hitam karena asap dan api, Cin Hai lalu menendang pergi tiang yang menindihnya dan tanpa banyak cakap lagi ia lalu mengangkat tubuh Hai Kong Hwesio dari kurungan api. Ia melompat ke pinggir perahu dan selagi ia hendak menurunkan tubuh musuh itu, tiba-tiba ia merasa pundak kirinya sakit sekali dan mendengar suara Hai Kong Hosiang tertawa!

Ternyata bahwa Hai Kong Hosiang telah menggunakan kesempatan ketika ia digendong oleh Cin Hai itu menotok pundak Cin Hai di bagian jalan darah swan-hong-hiat!

Totokan ini sebenarnya hebat sekali dan dapat mendatangkan kematian bagi Cin Hai, akan tetapi karena tenaga Hai Kong Hosiang telah berkurang sedangkan Cin Hai masih sempat menutup jalan darahnya walaupun agak terlambat, maka pemuda itu hanya menderita luka dalam yang cukup hebat hingga ia merasa betapa setengah badannya sebelah kiri telah menjadi lumpuh.

Cepat Cin Hai menggunakan tenaga terakhir untuk melempar dirinya dan Hai Kong Hosiang ke dalam air. Terdengar suara keras dan air memercik tinggi ketika dua tubuh itu terbanting di air yang mengalir cepat itu.

Hai Kong Hosiang jatuh dengan terlentang hingga untuk beberapa saat ia gelagapan. Akan tetapi, hwesio ini telah mempelajari ilmu di dalam air, maka cepat ia dapat membalikkan diri dan dengan matanya yang telah menjadi pedas dan kabur akibat serangan api tadi, ia mencari-cari mangsanya.

Akan tetapi Cin Hai tidak nampak di situ dan selagi Hai Kong Hosiang mencari-cari dengan heran, tiba-tiba dari bawah permukaan air, sebuah lengan tangan menyerangnya dengan kekuatan yang luar biasa.

Inilah Pukulan Petir Menyambar Awan yang dilakukan oleh Cin Hai dengan hati gemas. Walaupun sebelah tubuhnya telah menjadi lumpuh, namun Cin Hai dengan mengeraskan hati dan mengumpulkan tenaga di tangan kanannya dapat melancarkan pukulan hebat itu yang tepat menghantam punggung Hai Kong Hosiang.

Pukulan ini dilakukan dengan tangan kanan dan jari-jari terbuka dan hebatnya luar biasa, hingga tenaga Cin Hai tinggal setengah bagian saja dan walaupun dilakukan dari dalam air namun tubuh Hai Kong Hosiang yang besar itu sampai terpental ke atas air. Cin Hai tidak kelihatan kepala dan tubuhnya dan hanya tangan kanannya saja nampak memukul dari dalam air, sedangkan tangan kirinya telah tak berdaya sama sekali.

Hai Kong Hosiang mengeluarkan jeritan ngeri dan merasa seakan-akan nyawanya telah melayang meninggalkan tubuhnya, kepalanya pusing dan matanya menjadi gelap. Ia terbanting lagi ke dalam air dan tubuhnya hanyut terbawa air karena ia telah pingsan terkena Pukulan Petir Menyambar Awan itu.

Adapun Cin Hai yang lelah sekali dan tubuhnya lumpuh sebelah, setelah melakukan serangan balasan yang hebat ini pun lalu menjadi pingsan dan tubuhnya hanyut di belakang tubuh Hai Kong Hosiang.

Dalam keadaan pingsan Cin Hai tidak merasa bahwa ia telah ditolong oleh kaki tangan Pangeran Vayami. Juga Hai Kong Hosiang ditolong oleh pangeran itu. Keduanya lalu dibawa ke utara dan dibawa masuk ke dalam sebuah tempat kediaman pangeran itu yang memiliki banyak sekali gedung di daerah utara yang dibangun model gedung bangsa Han.






Tidak ada komentar :