*

*

Ads

Selasa, 25 Desember 2018

Pendekar Sakti Jilid 046

Kakek yang menyeramkan itu tertawa bergelak dengan suara mengejek lalu berkata,
“Pek-cilan, kau terlalu mengandalkan kegagahan sendiri dan sama sekali tidak melihat orang! Kau telah membunuh suteku Tauw-cai-houw, maka sekarang aku datang untuk menagih hutang!”

Terkejut hati Loan Eng mendengar ini, ah, tidak tahunya kakek mengerikan ini adalah suheng (kakak seperguruan) dari Tauw-cai-houw, manusia gila yang dulu menculik dan hendak memanggang Kwan Cu hidup-hidup dan yang telah terbunuh olehnya dalam pertempuran. Tauw-cai-houw saja sudah amat lihai, apalagi suhengnya ini! Namun Loan Eng tidak menjadi jerih. Ia tersenyum mengejek dan berkata,

“Toat-beng Hui-houw, kau mau menang sendiri saja. Sutemu (adik seperguruanmu) Tauw-cai-houw itu adalah orang gila. Aku melihat dia menangkap seorang anak kecil yang hendak dipanggang dan dimakan dagingnya. Apakah aku harus berpeluk tangan saja dan tidak mencegahnya? Kau pun tentu maklum bahwa kejahatan seperti itu tak dapat diampunkan lagi. Sutemu bertempur dengan aku dan dia binasa, mengapa hal ini kau jadikan alasan untuk membunuh orang-orangku dan menawan suamiku?”

“Bodoh! Suteku sedang meyakinkan Ilmu Hoat-lek Kim-ciong-ko (Ilmu Kebal Berdasakan Ilmu Gaib) dan untuk itu dia membutuhkan daging dan darah seorang anak sin-tong (anak ajaib)! Kau datang mengganggu dan bahkan membunuhnya. Sekarang aku yang akan mengambil darahmu untuk dijadikan obat panjang usia, ha-ha-ha!”

Setelah berkata demikian, Toat-beng Hui-houw menubruk dengan kuku-kuku tangannya yang panjang dan runcing. Loan Eng maklum bahwa dia menghadapi seorang kakek yang selain lihai sekali, juga agaknya pun miring otaknya, maka ia lalu berlaku hati-hati sekali.

Pedangnya diputar cepat sehingga berubah menjadi gulungan sinar putih yang menyilaukan mata. Kalau dibandingkan dengan ilmu golok Ong Kiat, ilmu pedang Loan Eng ini ternyata lebih ganas dan berbahaya, akan tetapi kini Toat-beng Hui-houw bergerak cepat sekali dan kakek ini mengerahkan seluruh kepandaiannya.

Pandangan mata Loan Eng menjadi kabur dan gelap saking cepatnya gerakan kakek itu, apalagi kini dari kedua tangan kakek itu menyambar hawa dingin yang berbau amis sekali. Diam-diam Loan Eng bergidik. Ia pernah mendengar akan kehebatan kakek ini, dan mendengar pula bahwa kuku-kuku yang panjang itu sewaktu-waktu apabila mengahadapi lawan tangguh, direndam dalam air obat terisi bisa yang amat jahat.

Ia tahu bahwa sekali saja ia terkena kuku yang runcing seperti pisau itu, tentu ia akan terkena bisa dan celaka. Namun Loan Eng memang terkenal seorang keras hati yang tidak mau menyerah dan pantang mundur. Ia menyerang terus, mengerahkan tenaga dan kepandaiannya, menggerakkan pedangnya dalam tipu-tipu yang paling diandalkan.

Pertandingan terjadi luar biasa hebatnya, jauh lebih hebat daripada ketika Toat-beng Hui-houw menghadapi Ong Kiat. Sepuluh orang piauwsu yang ikut datang bersama Loan Eng, menjadi bingung karena tidak tahu harus berbuat apa. Ingin membantu, namun maklum akan kekurangan sendiri dan baru melihat pertandingan itu saja mereka telah menjadi pening dan tidak dapat membedakan mana kawan dan lawan karena gerakan kedua orang yang bertempur luar biasa cepatnya.

Baru kali ini Loan Eng merasa mendapat lawan yang amat tangguh. Toat-beng Hui-houw benar-benar jauh lebih tangguh daripada Tauw-cai-houw dan setelah melawan sampai empat puluh jurus lebih, akhirnya ia pun harus menyerah kalah.

Sepuluh buah kuku yang runcing itu berhasil mencengkeram pedangnya dan tanpa dapat ditahan lagi, pedangnya terlepas dari tangannya. Kemudian Toat-beng Hui-houw menubruk maju, disambut oleh tendangan kaki Loan Eng yang menggunakan ilmu tendang Soan-hong-twi. Namun, alangkah kagetnya ketika kaki kirinya dapat tertangkap pula! Sebelum ia sempat memukul, pundaknya dapat dicengkeram dan matanya menjadi gelap. Loan Eng roboh pingsan!

Melihat hal ini, sepuluh orang piauwsu yang berada di situ menjadi kaget dan marah sekali. Dengan golok di tangan, mereka menyerbu Toat-beng Hui-houw. Kakek yang mengerikan ini hanya tertawa bergelak dan begitu tubuhnya bergerak didahului oleh kedua tangannya yang berkuku panjang, tiga orang piauwsu roboh tak bernyawa pula!






Melihat kehebatan ini, tujuh orang piauwsu yang lain lalu melompat ke atas kuda mereka dan melarikan diri dari situ! Kemudian mereka mengadakan perundingan dalam restoran untuk mencari jalan guna menolong Ong Kiat dan Loan Eng dan kemudian datang rombongan anggauta Sin-to-pang sehingga terjadi pertempuran sebagaimana yang telah dituturkan di bagian depan.

Adapun orang-orang Sin-to-pang lalu menuturkan bahwa mereka mendengar pula tentang bencana yang menimpa Loan Eng. Mereka menjadi marah sekali. Semenjak mendengar bahwa Loan Eng menikah dengan Ong Kiat, para anggauta Sin-to-pang ini sudah merasa sakit hati dan tidak senang kepada Hui-to-piauwkiok.

Kini mendengar bahwa Loan Eng mendapat bencana, mereka menganggap bahwa itu adalah kesalahan Ong Kiat, mereka sama sekali tidak tahu bahwa justeru Toat-beng Hui-houw turun gunung mengganggu Ong Kiat karena Ong Kiat memperisteri Loan Eng dan karena Loan Eng telah membinasakan Tauw-cai-houw, sute dari Toat-beng Hui-houw!

Demikianlah, dua rombongan dari Sin-to-pang dan Hui-to-piauwkiok itu saling menuturkan apa yang mereka ketahui kepada Sui Ceng dan baru sekarang rombongan Sin-to-pang mengetahui duduk perkaranya yang sesungguhnya.

“Hanya ada dua jalan,” kata para piauwsu itu menutup penuturan mereka. “Pertama, kita minta bantuan Bin Kong Siansu dari Kim-san-pai, dan ke dua, kita minta bantuan Thian-san-pai untuk menghadapi Toat-beng Hui-houw yang lihai.”

Sementara itu, untuk beberapa lama Sui Ceng tak dapat berkata-kata saking marahnya mendengar penuturan tentang bencana yang menimpa diri ibunya. Kini ia berseru keras dan mencela kata-kata mereka itu.

“Banyak yang cakap tanpa kerja tiada gunanya. Hayo kalian tunjukkan padaku di mana Ibu di tawan. Menghadapi siluman tua itu saja, mengapa ribut-ribut minta bantuan orang lain?”

“Siauw-pangcu berkata benar! Sin-to-pang tidak boleh memperlihatkan kelemahan. Hayo, kawan-kawan dari Hui-to-piauwkiok, kita mengantar Pangcu ke tempat itu dan kita keroyok siluman itu!” kata orang-orang Sin-to-pang.

Akan tetapi, para piauwsu yang telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri akan kelihaian Toat-beng Hui-houw, menjadi geli melihat sikap Sui Ceng dan para anggauta Sin-to-pang. Ong Kiat dan Loan Eng sendiri dibantu oleh beberapa orang piauwsu yang tangguh, masih tidak berdaya menghadapi siluman tua itu, apalagi anak kecil ini??

Melihat keraguan orang-orang Hui-to-piauwkiok, Sui Ceng membentak,
“Apakah kalian takut? Hm, kalau aku berhasil menolong ayah tiriku, akan kuceritakan kepadanya bagaimana sikap kalian yang pengecut ini!”

Naik darah para piauwsu itu mendengar ejekan anak kecil ini.
“Siapa bilang kami takut? Hayo kita berangkat sekarang juga!” kata mereka.

Diam-diam Sui Ceng tersenyum karena ia telah berhasil membangunkan semangat mereka. Orang-orang ini masih belum percaya kepadanya dan perlu ia memperlihatkan kepandaian agar mereka itu menjadi tenang dan bersemangat.

“Kalian boleh naik kuda dan maju secepatnya. Aku sendiri akan berlari cepat.”

Kembali diam-diam para piauwsu itu mentertawakan Sui Ceng,
“Hm, anak ini benar-benar sombong dan keras seperti ibunya,” pikir mereka, akan tetapi, karena rombongan Sin-to-pang yang datang berkuda itu pun telah mengaburkan kuda mereka, para piauwsu itu juga cepat naik ke atas kuda dan menjalankan kuda mereka cepat sekali.

Ketika mereka telah keluar dari kota Cin-leng, bukan main heran hati mereka ketika melihat seorang anak perempuan telah berlari-lari di depan kuda mereka. Ketika mereka memandang dengan penuh perhatian, tak salah lagi, anak kecil itu adalah Bun Sui Ceng adanya! Melihat kehebatan ilmu lari cepat dari ketua mereka, orang-orang Sin-to-pang bersorak,

“Hidup Siauw-pangcu!”

Adapun orang-orang Hui-to-piauwkiok amat kagum dan diam-diam mereka pun menaruh harapan mudah-mudahan ketua mereka dan isterinya akan tertolong dari tangan siluman tua itu oleh anak perempuan yang ajaib ini.

Adapun Sui Ceng yang di depan, segera memberi tanda kepada orang-orang Hui-to-piauwkiok untuk menjadi penunjuk jalan karena dia sendiri belum tahu di mana adanya sarang Toat-beng Hui-houw.

Diam-diam Sui Ceng agak khawatir juga, bukan khawatir atau takut menghadapi Toat-beng Hui-houw, ah sama sekali tidak. Anak ini keberaniannya malah melebihi ibunya! Yang ia khawatirkan adalah gurunya. Ia tadi pergi tidak memberitahukan kepada Kiu-bwe Coa-li, dan takut kalau-kalau gurunya kelak akan menegur dan memarahinya.

Ketika tiba di tempat di mana kemarin harinya Loan Eng bertempur melawan Toat-beng Hui-houw, mereka semua berhenti dan turun dari kuda. Di situ masih nampak bekas-bekas pertempuran, bahkan mayat para piauwsu yang tak keburu diambil oleh kawan-kawannya masih bergelimpangan di situ.

Kemudian Sui Ceng berseru menantang,
“Toat-beng Hui-houw, lekas keluar! Mari kita bertempur seribu jurus!”

Akan tetapi, biarpun berkali-kali berteriak, bahkan dibantu oleh para piauwsu dan anggauta Sin-to-pang yang memaki-maki, tidak terdengar jawaban dari iblis tua itu. Hanya gema suara mereka saja terdengar dari kanan kiri dan membuat burung-burung hutan beterbangan dan binatang-binatang kecil melarikan diri bersembunyi di dalam semak-semak.

**** 046 ****





Tidak ada komentar :