*

*

Ads

Kamis, 27 Desember 2018

Pendekar Sakti Jilid 052

Ang-bin Sin-kai tertawa bergelak.
“Ha, ha, ha, Hang-houw-siauw Yok-ong! Enak saja kau bicara begitu! Dengan sulingmu, tentu saja kau dapat menundukkan harimau dengan jalan halus, akan tetapi aku yang tidak mengerti caranya, bagaimana harus menundukkan harimau? Aku takkan dapat membujuk mereka dengan kata-kata halus. Lihat, bagaimana aku harus menghadapi mereka ini?”

Berkata demikian, Ang-bin Sin-kai menunjuk ke arah belakang Hang-houw-siauw Yok-ong. Kakek ini menengok dan melihat betapa belasan ekor harimau buas itu mulai gelisah dan kini mereka memperlihatkan gigi runcing dan muka buas, siap untuk menyerang!

Harimau-harimau itu kini sudah tidak berada di bawah pengaruh suara suling lagi dan mereka mengeluarkan geraman hebat lalu menubruk maju, menyerang Ang-bin Sin-kai, Yok-ong dan Kwan Cu!

Lu Kwan Cu terkejut sekali, akan tetapi dia telah memiliki ketabahan dan ketenangan, maka ketika seekor harimau menubruk kepadanya, dia cepat melompat ke pinggir. Lain harimau menerkamnya, akan tetapi kembali dengan menggeser kaki menurutkan gerakan Pai-bun-tui-pek-to, dia dapat menyelamatkan diri.

Adapun Hang-houw-siauw Yok-ong, juga berbuat seperti Kwan Cu. Kakek ini berkepandaian tinggi, akan tetapi hatinya amat lemah dan tidak tega melukai siapa pun juga. Ia adalah seorang ahli pengobatan dan hatinya sudah tercurah kepada watak menyayang dan memelihara sesuatu yang sakit, mana bisa dia melukai harimau-harimau itu? Ia bergerak ke sana ke mari dan sungguh mengagumkan, biarpun gerakannya nampak lambat saja, namun tak pernah ada kuku harimau yang dapat menyentuh jubahnya yang panjang itu.

Hebat adalah sepak terjang Ang-bin Sin-kai. Berbeda dengan Kwan Cu yang mengelak terus karena tidak mampu membalas serangan harimau dan Yok-ong yang sengaja tidak mau mengganggu bintang-binatang itu, Ang-bin Sin-kai tidak mandah saja dirinya di serang. Tiap kali kaki dan tangannya bergerak, terdengar harimau yang terpukul atau tertendang mengeluarkan gerengan kesakitan, dan tubuh harimau bergulingan di atas tanah saking kerasnya serangan Ang-bin Sin-kai.

Melihat ini, Hang-houw-siauw Yok-ong berteriak-teriak,
“Ang-bin Sin-kai, jangan berlaku kejam! Ampunkan nyawa harimau-harimau ini!”

Ang-bin Sin-kai tertawa bergelak.
“Aku memandang mukamu dan tidak akan mengganggu mereka lagi,” katanya dan sekali tubuhnya berkelebat, dia telah melompat ke atas dan tahu-tahu dia telah duduk di atas sebatang ranting pohon yang tinggi!

Adapun Kwan Cu yang melihat perbuatan suhunya, lalu melompat pula, akan tetapi dia tidak melompat ke atas pohon, melainkan melompat ke belakang Hang-houw-siauw Yok-ong mencari perlindungan!

Raja obat itu lalu meniup sulingnya dan….. benar mengherankan sekali, tiba-tiba binatang-binatang yang buas dan marah itu menghentikan serangan mereka, lalu berdiri berkumpul di depan Yok-ong dengan kepala tunduk dan telinga digerak-gerakkan seakan-akan senang sekali medengar suara suling yang bagi telinga Kwan Cu terdengar menyakitkan anak telinga!

Makin lama makin meninggi suara suling yang ditiup oleh Yok-ong, dan makin sakitlah telinga Kwan Cu sehingga anak ini tidak dapat tahan lagi lalu menggunakan ibu jari untuk menyumpal lubang telinganya.

Dan benar-benar hebat! Harimau-harimau itu seakan-akan mendengar bunyi perintah yang tak dapat dibantah lagi. Serentak mereka membalikkan tubuh dan berlari cepat meninggalkan tempat itu!

Masih agak lama Yok-ong meniup sulingnya, kemudian setelah tidak terdengar lagi geraman harimau, dia menghentikan tiupannya dan menoleh kepada Ang-bin Sin-kai yang masih duduk di atas pohon.

“Ang-bin Sin-kai, terima kasih atas kemurahan hatimu terhadap harimau-harimau itu. Kalau diteruskan tadi, tentu aku menjadi sibuk memelihara dan mengobati luka-luka mereka. Untuk kebaikan hatimu itu, kau patut diberi hadiah. Aku adalah seorang miskin yang hanya mempunyai sebatang suling. Nah, terimalah barang pusakaku ini.”

Ia melempar suling yang tadi ditiupnya ke arah Ang-bin Sin-kai yang cepat mengulur tangan menerimanya.

Hang-houw-siauw Yok-ong lalu berpaling kepada Kwan Cu. Untuk beberapa lamanya dia memandang anak itu dengan tajam.






“Hebat!” tiba-tiba dia berkata. “Darimana kau memperoleh anak seperti ini?” Ia lalu mendekati Kwan Cu. “Coba ulur tangamu, anak yang baik.”

Kwan Cu segera mengulur tangan kanannya dan Yok-ong segera memegang pergelangan tangan Kwan Cu. Untuk beberapa lama dia mengangguk-angguk dan berkatalah dengan suara keras.

“Benar-benar hebat! Darah yang luar biasa kuatnya, yang ditambah oleh semacam darah liar yang mempunyai kekuatan tekanan tiga kali lipat daripada tekanan darah manusia, membuat seluruh urat di tubuhmu dipenuhi oleh aliran darah yang kuat dan cepat sekali. Berkat tulang dan dagingmu yang kuat dan bersih, hal itu menguntungkan dalam usahamu mempelajari bu (ilmu silat). Akan tetapi, urat halus dalam otak dapat terganggu karenanya. Anak baik, aku kasihan kepadamu, maka biarlah aku memberimu Liong-kak-hian-tan (Pil Darah Tanduk Naga) yang jarang kupergunakan.”

Ia merogoh saku jubahnya yang lebar sekali dan mengeluarkan bungkusan dari kain kuning yang bersih. Ketika bungkusan dibuka, di dalamnya terdapat beberapa butir pil merah yang berbau amis.

“Untuk ketabahan dan kemurahan hatimu ketika menghadapi harimau-harimau tadi, kau kuberi hadiah tiga butir Liong-kak-hian-tan. Telanlah sehari sebutir, dan dalam tiga hari kau akan merasakan khasiatnya.”

Kwan Cu merasa ragu-ragu untuk menerima, dan tiba-tiba terdengar suara dari atas pohon,

“Murid goblok! Tidak lekas diterima dan menghaturkan terima kasih, mau tunggu kapan lagi?”

Sebenarnya bukan karena Kwan Cu merasa kurang percaya terhadap kakek Raja Obat itu, melainkan karena dia menjadi murid Ang-bin Sin-kai, maka dia merasa tidak patut tanpa ijin gurunya kalau dia menerima pemberian orang lain. Sekarang mendengar ucapan suhunya, dia menjadi girang sekali, dan setelah menerima tiga butir pil itu, dia lalu berlutut di depan Hang-houw-siauw Yok-ong dan menghaturkan terima kasihnya.

Yok-ong tertawa bergelak dan menengok ke atas pohon.
“Ang-bin Sin-kai, muridmu ini benar-benar tahu menghargai guru dan orang-orang tua. Bagus sekali! Nah, sampai bertemu kembali!”

Setelah berkata demikian, Hang-houw-siauw Yok-ong lalu menyimpan bungkusan obatnya dan seperti main sulap saja, ketika dia merogoh saku di tangannya telah memegang sebatang suling lagi! Ia lalu berjalan pergi sambil meniup sulingnya!

Kwan Cu dan gurunya mendengarkan suara suling itu makin melenyap, kemudian terdengar suara suling lain. Ketika Kwan Cu menengok, ternyata suhunya sedang meniup suling pemberian Yok-ong tadi! Tercenganglah Kwan Cu ketika mendengar tiupan suling suhunya amat merdu dan gurunya itu ternyata pandai sekali meniup suling melagukan lagu kuno!

“Bagus, Suhu pandai sekali bersuling!” Kwan Cu memuji.

Gurunya menghentikan tiupannya dan tertawa girang.
“Tidak sepandai Hang-houw-siauw Yok-ong. Kau telanlah sebutir Liong-kak-hian-tan itu seperti yang dipesan oleh Yok-ong. Aku mau mencoba memanggil harimau dengan suling ini!”

Kwan Cu segera menelan sebutir pil yang terasa masam dan amis sekali, kemudian menyimpan yang dua butir di dalam saku bajunya. Pada saat itu, gurunya sedang mencoba untuk meniru tiupan suling Yok-ong ketika menundukkan harimau tadi. Akan tetapi tiupan sulingnya tidak karuan bunyinya sehingga mengusir burung-burung di atas pohon yang menjadi kaget ketakutan mendengar suara melengking yang aneh luar biasa itu!

Sampai capai bibir meniup suling, harimau-harimau itu tidak juga datang! Kwan Cu tertawa geli melihat usaha suhunya tidak mendatangkan hasil itu.

“Jangan tertawa, lihat belakangmu!” tiba-tiba Ang-bin Sin-kai berseru.

Kwan Cu terkejut dan cepat menengok. Benar saja di belakangnya telah berdiri seekor harimau muda yang nampaknya juga terpesona dan bingung mendengar suara suling yang lucu dan aneh tadi. Kini, menghadapi Kwan Cu, dia mulai merendahkan tubuhnya dan menggaruk-garukkan kakinya, siap untuk menerkam.

“Kwan Cu, hadapi dia dengan Pai-bun-tui-pek-to! Jangan hanya mengelak saja, lawan dia dan kalahkan dia. Sekarang waktunya untuk menguji kepandaian. Dia ahli gwakang (tenaga luar), awaslah!” kata Ang-bin Sin-kai dengan gembira sekali.

Harimau itu mengaum lalu menubruk dengan kuat sekali. Kwan Cu sudah siap sedia. Dengan lincahnya dia melangkah ke kiri, membiarkan tubuh harimau itu menyambar lewat, lalu memberi pukulan keras ke arah lambung harimau itu.

Harimau terjatuh tunggang-langgang sambil menggereng, akan tetapi tubuh harimau muda itu terlampau kuat sehingga pukulan Kwan Cu tadi baginya hanya merupakan dorongan kuat belaka, sama sekali tidak melukainya. Ia menubruk lagi dan seperti juga tadi, Kwan Cu menghadapi dengan mengelak sambil memukul atau menendang.

Pertempuran seperti ini berjalan lama dan Ang-bin Sin-kai hanya meniup suling seakan-akan mengiringi pertempuran itu dengan lagu perang, akan tetapi matanya memandang penuh perhatian.

Akhirnya, setelah berpuluh kali menubruk tanpa hasil bahkan menerima tendangan atau pukulan, harimau itu menjadi lelah. Demikian pula Kwan Cu. Ia telah mengerahkan tenaga untuk memukul dan menendang, akan tetapi sedikit pun tak dapat merobohkan lawannya.

“Kau harus dapat mengalahkan dia!” seru Ang-bin Sin-kai berkali-kali dengan suara tidak puas. Masa muridnya, murid Ang-bin Sin-kai tidak dapat mengalahkan seekor harimau yang masih muda?”

Kwan Cu mengerti bahwa kalau dia melanjutkan perkelahian secara ini, tak mungkin dapat mengalahkan harimau itu. Maka dia mencari akal dan ketika harimau itu untuk kesekian kalinya menubruknya, dia lalu mengelak dan menyambar ekor harimau.

Sekuat tenaga dia lalu mengayun tubuh harimau itu dan membantingnya. Akan tetapi karena tubuh harimau itu berat sekali dan dia telah lelah, maka dia terbawa oleh bantingan ini sehingga terpelanting di atas tanah!

Harimau itu nanar seketika, akan tetapi segera berdiri kembali dan melihat tubuh Kwan Cu di dekatnya, dia lalu menubruk! Kwan Cu telah siap dan cepat menggulingkan tubuhnya mengelak, kemudian dia mendahului menerkam dan mencekik leher harimau itu dalam kempitan lengannya yang kecil akan tetapi kuat!

Harimau itu meronta-ronta, akan tetapi Kwan Cu memutar lehernya sehingga kaki harimau tidak dapat mencakarnya. Makin lama harimau itu mejadi makin lemah dan sebentar lagi dia tentu takkan berdaya.

Tiba-tiba terdengar auman keras sekali dan seekor harimau yang besar sekali keluar dari semak-semak, merunduk dan siap menerkam Kwan Cu yang mencekik anaknya!

Ang-bin Sin-kai yang sedang enak-enak meniup sulingnya saking girang melihat kecerdikan Kwan Cu mengalahkan lawannya, melihat harimau besar itu, lalu berseru keras dan tubuhnya melayang turun.

Pada saat itu, harimau besar telah melompat menubruk Kwan Cu, akan tetapi, tiba-tiba tubuhnya terjengkang kembali ke belakang karena dorongan Ang-bin Sin-kai yang memapakinya di tengah udara!

Kini pertempuran terpecah menjadi dua. Kwan Cu dengan cepat dapat membuat harimau muda itu pingsan karena tak dapat bernapas, kemudian anak ini menonton pertempuran antara suhunya dan harimau besar.

Bukan main kagumnya hati Kwan Cu ketika melihat betapa suhunya menghadapi harimau itu dengan senjata suling. Ternyata suling yang ditiupnya dengan merdu tadi kini disulap menjadi sebatang senjata yang lihai sekali.

Kemana juapun harimau itu menubruk, selalu dia tertotok oleh suling di bentulan lehernya. Setelah empat lima kali tertotok suling, harimau itu merasa kesakitan luar biasa dan segera membalikkan tubuh dan berlari cepat sambil menggereng kesakitan! Sementara itu, harimau muda yang tadi pingsan, juga telah siuman kembali dan kini berlari menyusul harimau besar!

“Suhu, indah sekali permainan suling tadi. Teecu ingin belajar bersilat dengan suling.”

Ang-bin Sin-kai tertawa.
“Memang indah dan mudah saja dilihat, akan tetapi jangan kira mudah dipelajarinya. Ketahuilah bahwa makin sederhana bentuk senjata, makin sukar dipelajarinya dan makin lihai permainannya. Kelak akan tiba saatnya kau belajar ilmu silat dengan suling.”






Tidak ada komentar :