*

*

Ads

Senin, 07 Januari 2019

Pendekar Sakti Jilid 066

“Kalau begitu, hayo kita pergi dari sini. Mungkin Jeng-kin-jiu sekarang sudah pulang.”

Setelah berkata demikian, Ang-bin Sin-kai melompat keluar melalui genteng yang tadi dibuka oleh Toat-beng Hui-houw diikuti oleh Kwan Cu yang merasa girang dapat berkumpul kembali dengan suhunya.

Pukulan dari Ang-bin Sin-kai tadi benar-benar hebat dan Toat-beng Hui-houw selain menderita patah semua kukunya yang diandalkan, juga menjadi pingsan sampai satu malam! Hawa pukulan itu demikian kerasnya sehingga melumpuhkan semua urat-urat dalam tubuhnya.

Ketika keesokan harinya pegawai dapur istana membuka pintu, dia menjerit dan berlari keluar kembali ketika melihat seorang kakek yang aneh sekali duduk di atas bangku menghadapi pintu!

“Tolong….. toloooong….. ada siluman!” teriaknya sambil berlari-lari.

Seorang penjaga yang mendengar ini ikut berteriak-teriak sehingga sebentar saja keadaan menjadi geger. Diantara para penjaga yang kini berkumpul, ada juga yang berhati tabah, setelah mendengar penuturan pegawai dapur bahwa di dalam dapur terdapat seorang siluman tengah duduk menghadapi meja dan makan minum, dia lalu membuka pintu dapur dan sambil memegang goloknya dia melangkah masuk. Kawan-kawannya menjenguk dari pintu dan tidak berani ikut masuk.

Ketika penjaga yang tabah ini melihat kedalam dapur, dia terkejut sekali dan meremanglah bulu tengkuknya. Memang menyeramkan sekali mahluk yang kelihatan duduk menghadapi meja itu.

Seorang kakek botak yang berwajah menyeramkan dan bersikap aneh sekali, bertopi mangkok dan mukanya penuh benda cair berwarna kuning, membuat muka itu nampak makin mengerikan.

“Siluman dari manakah berani mengacau di dapur istana?”

Penjaga ini membentak sambil melangkah maju, siap dengan goloknya di depan dada. Akan tetapi pada saat itu, Toat-beng Hui-houw baru saja siuman kembali dari pingsannya dan kepalanya masih terasa pening. Ia membuka matanya, akan tetapi merasa malas untuk bergerak. Ia mengejap-ngejapkan matanya karena masih mengingat-ingat akan peristiwa semalam.

Munculnya penjaga di depan pintu dan teguran penjaga yang memegang golok di depannya itu mengingatkan Toat-beng Hui-houw akan semua pengalamannya dan ingat kembalilah dia bahwa dia masih berada di dalam dapur istana. Ia merasa heran sekali mengapa Ang-bin Sin-kai atau bocah gundul itu tidak membinasakannya, padahal dia telah pingsan tidak berdaya!

Sementara itu, ketika penjaga yang memegang golok tadi telah datang dekat dan melihat bahwa “siluman” itu sesungguhnya seorang kakek botak dan bahwa keseraman mukanya diakibatkan oleh kuah masakan yang mengalir turun dari mangkok yang dijadikan topi, agak lenyap rasa takutnya. Ia menyangka bahwa kakek ini tentulah seorang yang miring otaknya, kalau tidak bagaimana dia memakai mangkok yang penuh masakan sebagai topi?

“Bangsat tua, darimana kau berani sekali mengacau di sini? Hayo lekas berlutut dan menyerah, kalau tidak golokku akan makan kepalamu!” bentak penjaga itu.






Namun Toat-beng Hui-houw masih termenung saja, seakan-akan tidak mendengar seruan penjaga ini. Adapun para penjaga lain ketika mendengar kawannya memaki-maki “siluman” itu, menjadi besar hati dan mulailah mereka memasuki dapur.

Melihat kawan-kawannya ikut masuk, penjaga tadi makin tabah hatinya dan kini membentak keras,

“Lihat kupenggal kepala siluman ini!”

Sambil berkata demikian, benar-benar dia mengayunkan goloknya yang tajam itu, membacok kepala Toat-beng Hui-houw! Akan tetapi, alangkah terkejutnya, juga para penjaga yang sudah memasuki dapur melihat keajaiban yang mengejutkan.

Ketika golok itu menyambar kepala botak yang kelimis, terdengar suara “tak!” seperti golok menyambar batu dan bukan kepala botak itu yang terbelah, melainkan gagang golok itu terpental dan terlepas dari pegangan penjaga yang tadi membacoknya karena penjaga itu merasa tangannya sakit!

Kejadian aneh ini disusul oleh suara kakek itu tertawa bergelak menyeramkan sekali, kemudian ketika kakek itu berdiri, meja yang berada di depannya tiba-tiba terbang melayang ke arah para penjaga yang berkerumun di depan pintu!

Tentu para penjaga menjadi kaget dan ketakutan. Mereka cepat bergerak mengelak atau menangkis meja yang tiba-tiba hidup dan menyambar kepala mereka itu. Ketika akhirnya meja itu dapat dilemparkan ke pinggir dan mereka memandang, ternyata bahwa kakek botak itu telah lenyap dari dapur itu!

“Celaka, benar-benar siluman…..!” kata mereka.

Sayang sekali pada hari sepagi itu, kepala penjaga Song Cin masih belum hadir sehingga tidak dapat menyaksikan peristiwa ini. Sesungguhnya, hanya Song Cin seorang yang kiranya akan dapat menghadapi siluman itu.

Ketika Song Cin diberi tahu, perwira ini mengerutkan kening dan menggeleng-gelengkan kepala. Ia juga merasa bingung, karena dia tahu bahwa tidak mungkin kakek yang disangka siluman oleh anak buahnya itu Ang-bin Sin-kai adanya. Siapakah kakek yang aneh ini? Pertanyaan ini selamanya hanya akan tetap tinggal sebagai teka-teki yang tak pernah terjawab olehnya.

**** 066 ****





Tidak ada komentar :