*

*

Ads

Kamis, 21 Maret 2019

Ang I Niocu Jilid 047

Kata-kata ini biarpun diucapkan dengan suara bersedih dan terputus-putus, akan tetapi bagi pendengaran Kiang Liat hanya bermaksud satu, yakni Kim Lian akan menerima dengan hati terbuka kalau gurunya mau mengambilnya sebagai isteri sehingga gadis ini selamanya akan melayaninya, juga takkan berpisah dari Im Giok!

Merah muka Kiang Liat dan ia merasa dadanya sakit. Ia selalu ingat akan kesetiaan mendiang isterinya dan akan kekejiannya memfitnah isterinya, maka ia telah bersumpah untuk membalas isterinya itu dengan kesetiaan selama hidup. Oleh karena ini, setiap godaan seorang wanita membangkitkan penyesalannya kepada diri sendiri dan membuat dadanya terasa sakit.

“Kim Lian, jangan kau mengeluarkan kata-kata seperti itu. Setiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Kami tentu saja tidak mengusirmu, dan terus terang saja, kehadiranmu di rumah ini banyak mendatangkan kegembiraan Im Giok dan untuk ini aku berterima kasih kepadamu. Akan tetapi tentang menikah, kau sudah berusia dua puluh tahun lebih, sudah lebih dari cukup waktunya untuk berumah tangga sendiri, Kim Lian. Jangan kau khawatir, aku dapat memilihkan seorang calon suami yang baik, percayalah kepadaku karena sebagai guru aku takkan menyesatkan murid sendiri…”

Makin sedih tangis Kim Lian mendengar ini. Ia merangkul Im Giok lalu berkata,
“Suhu, apa saja kehendak Suhu pasti teecu taati asal saja teecu jangan disuruh berpisah dengan Suhu dan Sumoi. Tentang menikah… teecu akan menanti Sumoi. Kalau Sumoi sudah menikah , barulah teecu suka menikah pula… ini sudah menjadi sumpah di dalam hati teecu.”

Kiang Liat menjadi mendongkol. Ia dapat menduga bahwa kata-kata itu hanya akal saja, alasan untuk menggagalkan usulnya.

“Hm, perempuan memang aneh. Lain di mulut lain di hati,” pikirnya. “Pada hatinya jelas nampak ia ingin melayani laki-laki, akan tetapi mulutnya bilang tidak mau menikah!”

Kemudian dengan suara marah ia berkata,
“Kim Lian, kau yang bersumpah, bukan aku yang memaksa. Kau harus memegang teguh sumpahmu itu, kalau tidak, aku akan marah kepadamu. Aku tidak sudi melihat muridku bermain lidah dan tidak dapat dipegang kata-katanya. Ingat, kau sudah bersumpah takkan menikah sebelum Im Giok menikah. Baik, akan begitulah jadinya!”






Setelah berkata demikian, Kiang Liat meninggalkan dua orang gadis itu dan masuk ke dalam kamarnya.

Semenjak saat itu, sikap Kiang Liat makin pendiam. Jarang sekali ia bicara dengan Im Giok. Kepada Kim Lian, ia sama sekali tidak pernah bicara lagi. Akan tetapi anehnya, mulai saat itu ia makin giat melatih dua orang gadis itu. Pagi-pagi sekali ia sudah memaksa mereka bangun, berlatih ilmu silat sampai kedua orang gadis itu hampir tidak kuat lagi. Demikian pun pada siang hari, bahkan sering kali pada malam hari. Pendeknya, Kiang Liat tidak memberi mereka kesempatan untuk bermalas-malasan.

“Seorang wanita harus kuat, baru aman hidupnya,” katanya di depan dua orang gadis itu. “Kalian harus dapat menerima semua kepandaianku sebelum aku lupa lagi.”

Demikianlah, hampir tiga tahun lamanya Kiang Liat menggembleng puterinya dan muridnya. Payah-payah Im Giok dan Kim Lian mengikuti latihan ilni, akan tetapi hasilnya juga luar biasa sekali.

Im Giok secara terpisah telah menerima latihan ilmu-ilmu silat yang ditinggalkan oleh Bu Pun Su untuknya, dan ternyata ia memang cocok sekali dengan ilmu silat gubahan Bu Pun Su ini. Gerakannya memang lemas dan indah, sehingga sering kali diam-diam Kiang Liat mengerutkan keningnya karena kalau ia melihat puterinya itu bersilat seperti orang menari dengan mata bersinar-sinar, pipi kemerah-merahan dan bibir tersenyum-senyum, teringatlah ia akan Pek Hoa Pouwsat! Alangkah miripnya anaknya itu dengan Pek Hoa. Benar seperti pernah dikatakan oleh Bi Li isterinya dahulu.

Adapun Kim Lian, selama tiga tahun ini pun memperoleh kemajuan hebat. Tujuh tahun ia menjadi murid Kiang Liat, akan tetapi yang tiga tahun terakhir ini hasilnya jauh melampaui empat tahun pertama. Kepandaian Kim Lian kini sudah dapat direndengkan dengan tingkat orang-orang pandai, bahkan sudah hampir menyusul kepandaian Kiang Liat sendiri.

Tentu saja ia masih kalah oleh Im Giok yang ternyata bahkan telah melampaui ayahnya sendiri! Hal ini adalah karena ia mempelajari jimu silat gubahan Bu Pun Su secara mendalam, sedangkan Kiang Liat hanya menghafal saja agar tidak lupa.

Apalagi Kiang Liat memang hanya bersilat untuk mengajar, sama sekali tidak pernah ia berlatih untuk kemajuan diri sendiri. Bahkan kalau terlalu lama ia bersilat, dada kirinya terasa sakit sekali.

Ia maklum bahwa ia telah mendapat luka di dalam, mendapat penyakit di dalam jantungnya, akan tetapi ia sengaja tidak mau mengobati, tidak mau mencari obat. Tidak jarang ia batuk-batuk darah, akan tetapi semua ini ia sembunyikan dari Im Giok, takut kalau-kalau puterinya akan menjadi gelisah dan berduka karenanya.

**** 047 ****





Tidak ada komentar :