*

*

Ads

Sabtu, 11 Mei 2019

Pendekar Bodoh Jilid 065

Boan Sip terkejut sekali oleh karena ia tahu bahwa Lin Lin kini telah terlepas daripada pengaruh totokan, dan inilah yang memaksanya tadi untuk mengikat kedua tangan nona ini.

“You-suhu, kalau ia dilepas, ia berbahaya sekali!”

Akan tetapi Yousuf hanya tersenyum menyindir seakan-akan mentertawakan sikap Boan Sip yang begitu ketakutan.

Sebaliknya, Lin Lin ketika merasa bahwa kedua lengan tangannya telah bebas, merasa terkejut sekali. Tadi ia telah mengerahkan tenaganya, akan tetapi tali yang mengikat tangannya bukan tali biasa, terbuat dari semacam kain yang dapat mulur hingga tak mudah diputuskan dengan tenaga lweekang.

Akan tetapi, orang asing ini hanya meraba saja dan ikatan itu telah terlepas! Ia tak tahu bahwa Yousuf adalah seorang ahli sulap yang berdasarkan ilmu sihir, maka jangankan baru belenggu biasa saja, biar belenggu baja sekalipun, orang Turki ini pasti akan dapat membukanya dengan mudah!

Lin Lin yang merasa gemas dan marah sekali kepada Boan Sip, ketika merasa dirinya telah bebas segera meloncat maju dan menyerang perwira itu sambil berseru,

“Manusia rendah, saat ini aku hendak mengadu jiwa dengan kau!”

Lin Lin lalu menyerang dengan pukulan yang paling berbahaya dan ketika Boan Sip hendak menangkis, tiba-tiba perahu itu miring hingga Boan Sip kehilangan keseimbangan tubuhnya!

Lin Lin menjadi girang sekali karena merasa yakin bahwa kali ini ia tentu akan dapat memukul mampus musuh besarnya ini, akan tetapi tiba-tiba dari samping meluncur sehelai sabuk sutera hijau yang panjang dan lemas dan tahu-tahu sabuk itu telah melingkar pergelangan tangan yang melakukan pukulan hingga sekarang menjadi gagal.

Ketika ia hendak melepaskan sabuk yang melibat pergelangan tangan lengannya, tiba tiba Yousuf menarik ujung sabuk yang dipegangnya dan tubuh Lin Lin menjadi limbung dan hampir jatuh!

“Nona, sabar dan tenanglah. Kini kau berada di dalam perahuku dan aku berhak melarang semua orang yang berada di sini untuk sembarangan bergerak dan membikin goncang perahuku! Apakah kau ingin perahuku ini terguling dan kita semua tenggelam?”

Lin Lin ketika merasa betapa tarikan sabuk itu amat kuat, maklum bahwa orang Turki ini memiliki kepandaian tinggi, maka untuk sejenak menjadi ragu-ragu. Apalagi ketika mendengar bahwa perahu itu mungkin tenggelam di tengah sungai, ia lalu berdiri dengan bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

Sebaliknya Boan Sip yang hampir saja menjadi korban pukulan Lin Lin menjadi marah sekali. Ia menuding ke arah muka Lin Lin sambil membentak,

“Perempuan rendah! Aku telah berlaku baik dengan menawan dan menjagamu baik-baik, tak pernah mengganggumu, oleh karena aku sayang padamu. Akan tetapi sekarang, baru saja kau terlepas dari belenggu, gerakanmu pertama kali adalah untuk membinasakan aku! Benar-benar kau tak boleh diberi kesempatan hidup lagi!”

Sambil berkata demikian, Boan Sip lalu mencabut golok besarnya dan maju menyerang Lin Lin dengan muka buas!

Lin Lin bukanlah seorang gadis lemah dengan cepat ia dapat mengelak dan balas menyerang dengan kepalan tangannya.

“Hai, tahan, tahan!” teriak Yousuf, akan tetapi dalam marahnya, Boan Sip tidak mempedulikan teriakan ini.

Tiba-tiba sebuah sinar hijau berkelebat dan tahu-tahu golok di tangan Boan Sip telah terlepas dari pegangan dan ternyata gagangnya telah tergulung oleh sutera hijau yang dilepas oleh Yousuf.

“Yo-suhu! Apa maksudmu menyerangku?” tanya Boan Sip dengan muka merah.

“Saudara Boan! Kau berada di dalam perahuku dan siapa pun adanya kau, orang-orang di dalam perahuku harus tunduk kepadaku! Nona, kau masuklah ke dalam bilik kecil dan beristirahatlah, selama ada aku di sini, jangan kau takut diganggu orang! Saudara Boan, tidak ingatkah kau sedang berhadapan dengan siapa, maka kau berani memperlihatkan kekerasanmu?”

Suara orang Turki ini sekarang terdengar amat berpengaruh dan Lin Lin mulai menaruh kepercayaan kepada orang asing yang aneh dan lihai ini, maka oleh karena ia memang merasa lelah sekali, ia lalu masuk ke dalam bilik itu dan memasang palang pintunya.






Karena merasa aman dan lega bahwa dirinya terhindar dari kekuasaan Boan Sip, gadis yang telah beberapa lama tak dapat tidur dengan hati tenteram, kini segera pulas di atas sebuah pembaringan bambu yang kasar!

Sebaliknya, di luar bilik, sambil duduk di lantai perahu, Yousuf lalu memberi teguran dan nasihat kepada Boan Sip yang mendengarkan dengan muka merah dan kepala ditundukkan.

Siapakah adanya orang Turki yang berpengaruh dan lihai ini? Dia ini sebenarnya adalah seorang penyelidik dari Angkatan Perang Turki yang telah siap di perbatasan Tiongkok dan hendak menyerbu.

Yousuf sebenarnya masih seorang bangsawan keturunan pangeran dan oleh karena kepandaiannya yang tinggi maka ia telah terpilih untuk menjadi pemimpin mata-mata dan diam-diam mengadakan kontak dengan para perwira bangsa Han yang dapat dibujuk untuk bersekutu dengan tentara Turki dan untuk bersama-sama menjatuhkan pemerintah yang sekarang.

Diantara perwira-perwira yang mengadakan hubungan dengannya, terdapat Boan Sip yang diam-diam juga melakukan pengkhianatan oleh karena pengaruh harta, hadiah dan janji-janji yang muluk dari Yousuf.

Sesungguhnya, tentara Turki ini sekali-kali tidak ingin menjajah Tiongkok, akan tetapi mereka ini mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk menguasai sebuah pulau kecil di pantai Laut Tiongkok, oleh karena menurut penyelidik mereka yang terdiri dari Yousuf dan beberapa orang kawannya di pulau kecil itu terdapat sumber emas yang besar, bahkan menurut keterangan mereka ini, di situ terdapat sebuah bukit penuh dengan logam berharga ini.

Boan Sip yang menjadi pengkhianat negara itu telah lama mengadakan perhubungan dengan Yousuf bahkan hari ini telah berjanji untuk mengadakan pertemuan di sungai itu, hingga bukan tidak disengaja bahwa Yousuf telah menanti di sungai dengan perahunya. Akan tetapi, adanya Lin Lin di situ adalah terjadi di luar rencana Yousuf.

Boan Sip yang mewakili kawan-kawannya atau rombongan perwira dan pejabat tinggi yang bersekutu dengan pihak Turki, mendapat tugas untuk membuktikan cerita pihak Turki tentang pulau emas, oleh karena rombongan perwira pengkhianat ini belum percaya akan keterangan yang diberikan oleh orang-orang Turki.

Demikianlah, maka perahu Yousuf yang membawa Boan Sip dan Lin Lin itu meluncur cepat menurut aliran Sungai menuju ke laut.

“Saudara Boan,” kata Yousuf dalam pelayaran itu, “tugas kita kali ini adalah tugas penting dan besar maka janganlah urusan pribadi mengacau tugas penting ini. Kalau kiranya engkau tidak sanggup mentaati aku yang dalam hal ini lebih berkuasa daripada kau, maka kau boleh turun dan meninggalkan perahu ini.”

Boan Sip mendengar kata-kata orang Turki ini dengan tunduk. Ia maklum akai kelihaian dan kekuasaan Yousuf maka ia tidak berani membantah.

“Akan tetapi, bagaimanakah dengan gadis ini?” tanyanya. “Apakah tidak lebih baik dia disingkirkan agar jangan menjadikan penghalang bagi pekerjaan kita?”

Yousuf menggeleng kepala dengan keras.
“Tidak bisa, tidak bisa, tidak bisa! Mengapa engkau tidak bisa memikir dengan lebih luas dan hati-hati? Gadis itu telah melihat perahuku, dan yang lebih penting lagi, ia telah melihat aku! Hal ini berbahaya sekali oleh karena ia tentu merasa heran melihat seorang asing disini dan kalau hal ini ia ceritakan di luaran, bukankah akan mendatangkan kecurigaan dan menjadi berbahaya sekali? Apalagi ia telah melihat bahwa kita saling kenal?”

“Nah, mengapa kau tidak membinasakan dia saja? Lemparkan dia ke dalam air sungai dan habis perkara! Kau takkan terancam bahaya sedangkan aku pun akan dapat melenyapkan seorang musuh besar!” kata Boan Sip lebih lanjut.

Kembali Yousuf menggeleng-geleng kepala dan menggunakan tangan kirinya untuk membikin beres sorbannya yang terbuat daripada kain kuning.

“Ini lebih-lebih tidak boleh lagi! Kami bangsa Turki mempunyai sebuah kepercayaan suci yang kami pegang teguh. Kepercayaan-kepercayaan ini banyak sekali macamnya dan di antaranya ialah bahwa dalam melakukan sebuah tugas mulia dan besar, sekali-kali kami tidak boleh menurunkan tangan jahat kepada orang-orang wanita!”

Boan Sip mengangguk-angguk maklum dan ia sama sekali tidak pernah mengira bahwa orang Turki yang cerdik ini sebetulnya hanya menggunakan alasan kosong belaka dan bahwa pada hakekatnya Yousuf merasa kasihan dan suka kepada Lin Lin!

Demikianlah, perahu itu meluncur terus makin cepat membawa Lin Lin yang masih tertidur di dalam bilik perahu, dan makin lama sungai yang dilalui perahu makin lebar, tanda bahwa mereka telah tiba dekat laut.

Tiba-tiba para penumpang perahu itu terkejut sekali oleh karena perahu itu telah tertumbuk oleh sebuah perahu lain dengan keras! Yousuf dan Boan Sip segera memandang dan mereka melihat sebuah perahu kecil melintang di depan perahu mereka dan di dalam perahu itu duduk dua orang yang memegang dayung. Dua orang ini bukan lain Si Nelayan Cengeng Kong Hwat Lojin dan muridnya Ma Hoa, gadis yang berpakaian sebagai seorang pemuda itu!

Bagaimana mendadak Nelayan Cengen dan Ma Hoa dapat muncul di sungai itu?? Ini adalah akibat daripada malapetaka yang menimpa keluarga Ma Hoa yang perlu dituturkan lebih dulu agar jalan cerita dapat diikuti dengan lancar.

Sebagaimana diketahui, ketika Nelayan Cengeng bersama muridnya, dibantu oleh Ang I Niocu dan Lin Lin, melabrak para perwira yang dipimpin oleh Beng Kong Hosiang, suheng dari Hai Kong Hosiang, maka seorang perwira dapat mendengar percakapan mereka dan dapat mengetahui rahasia Ma Hoa bahwa “pemuda” itu adalah gadis atau puteri dari Ma Keng In, perwira Sayap Garuda!

Hal ini tentu saja dibongkar oleh perwira itu dan pada suatu hari Ma Keng In ditangkap oleh para perwira atas perintah kaisar! Tidak saja Ma Keng In yang ditangkap, akan tetapi juga seluruh keluarganya, dan mereka ini semua dijatuhi hukuman mati sebagai pemberontak-pemberontak atau pengkhianat!

Untung sekali bahwa Ma Hoa dapat melarikan diri. Di depan sidang pengadilan yang memeriksa perkaranya, Ma Keng In yang jujur secara gagah mengakui bahwa Ma Hoa adalah anaknya, bahkan dengan suara lantang, perwira ini berkata,

“Memang Ma Hoa adalah anakku, dan aku merasa menyesal dan bosan dengan kedudukan dan pekerjaan sebagai Perwira Sayap Garuda, dan aku merasa sebal dan benci melihat sepak terjang kawan-kawan sejawatku, yang menjadi perwira kerajaan tidak untuk menjaga keamanan rakyat bahkan sebaliknya berlaku sewenang-wenang dan mengandalkan pengaruh untuk menindas dan mencekik orang-orang lemah! Aku Ma Keng In, merasa berbabagia bahwa anakku yang tunggal itu tidak mengikuti jejakku yang sesat, dan benar-benar menjadi seorang pelindung rakyat yang gagah perkasa! Aku kutuk perbuatan-perbuatan kawan sejawatku di bawah pimpinan Beng Kong Hosiang dan Hai Kong Hosiang, pendeta-pendeta palsu yang kejam dan jahat!”

Tentu saja ucapannya ini merupakan keputusan terakhir dan ia beserta keluarganya semua mendapat hukuman mati! Ketika Ma Hoa mendengar malapetaka yang dialami oleh seluruh keluarganya itu ia jatuh pingsan di bawah kaki gurunya, Si Nelayan Cengeng! Ketika ia siuman kembali ia menangis tersedu-sedu dan gurunya menangis pula bahkan lebih keras dan lebih hebat daripada tangis muridnya sendiri.

Tiba-tiba Ma Hoa berdiri dan mencabut pedangnya.
“Suhu, saksikanlah sumpah teecu! Aku bersumpah untuk membasmi para perwira durna penjahat-penjahat liar yang mempergunakan kedudukan dan pangkat untuk menjadi kedok kejahatan mereka!”

Nelayan Cengeng menghiburnya dan kemudian ia membawa muridnya yang bersedih itu untuk melakukan perjalanan hingga mereka tiba di sungai yang mengalir di sebelah utara.

Di dalam perjalanan mereka, Nelayan Cengeng dan Ma Hoa tiada hentinya memusuhi para perwira yang bertugas dan dari seorang perwira mereka dapat mendengar tentang pengkhianatan beberapa orang rombongan mereka yang mengadakan hubungan dengan para mata-mata bangsa Turki dan mereka yang dengan diam-diam mengadakan persekutuan dengan orang-orang Mongol!

Makin bencilah Nelayan Cengeng dan muridnya terhadap perwira-perwira Sayap Garuda yang palsu ini. Selain memusuhi para perwira yang bertemu dengan mereka juga kedua orang ini sekalian mencari-cari jejak Cin Hai dan Kwee An, serta mengharapkan untuk bertemu dan menggabung dengah Ang I Niocu dan Lin Lin.






Tidak ada komentar :