*

*

Ads

Selasa, 14 Mei 2019

Pendekar Bodoh Jilid 074

Kita tinggalkan dulu perahu kecil yang dinaiki empat orang yang sedang mencari Pulau Emas itu, pulau yang aneh dan mengandung rahasia dan yang pada waktu itu menjadikan sebab terjadinya hal-hal yang hebat oleh karena tiga bangsa sedang berusaha merampasnya!

Kerajaan Turki di waktu itu yang telah mendengar tentang adanya Pulau Emas di laut timur Negara Tiongkok telah mengirim dan menyebar para penyelidiknya, di antaranya Yousuf yang cerdik dan yang menjadi orang pertama mendapatkan pulau itu.

Di samping menyebar mata-mata, Kerajaan Turki lalu mengirim sejumlah besar tentaranya untuk menyerbu ke daerah ini. Mereka tidak berani melalui daratan Tiongkok, oleh karena maklum bahwa apabila mereka melalui daratan pedalaman Tiongkok, mereka akan menghadapi rintangan-rintangan besar yang memungkinkan gagalnya usaha mereka, oleh karena Tiongkok selain mempunyai daerah luas yang berbahaya, juga memiliki banyak orang pandai yang tentu akan melawan tentara Turki yang menjelajah negaranya.

Oleh karena ini, barisan Turki itu mengambil jalan memutar dari utara, bergerak ke timur melalui sepanjang perbatasan Negara Tiongkok dan masuk di daerah Mongol dan mereka ini pun tidak tinggal diam dan melawan barisan asing yang tanahnya dilanggar. Akan tetapi oleh karena pada waktu itu bangsa Mongol masih belum kuat dan hidupnya berkelompok-kelompok ini dapat dihalau oleh barisan Turki yang kuat.

Barisan Turki ini dipimpin oleh orang-orang pandai, bahkan di dalam barisan terdapat seorang pemimpin aneh yang merupakan seorang pendeta bertubuh besar sekali bagaikan seorang raksasa akan tetapi agak pendek.

Pendeta ini berkepala botak, berjenggot hitam dan kaku bagaikan kawat dan yang menyongot ke sana ke mari tidak terawat. Tubuhnya yang gemuk besar itu mengenakan pakaian yang aneh pula, oleh karena pakaian ini terbuat dari banyak macam kain kembang yang ditambal-tambal. Dilihat dari keadaan pakaiannya, pendeta ini lebih pantas disebut seorang pengemis jembel!

Pendeta ini lihai dan sakti sekali dan ia menjadi jago nomor satu di seluruh Kerajaan Turki. Namanya di Turki terkenal sebagai Balutin, sedangkan pendeta yang telah seringkali merantau di pedalaman Tiongkok ini disebut dalam bahasa Tiongkok sebagai Pouw Lojin. Oleh karena sering masuk di daerah Tiongkok, maka Balutin pandai bicara dalam bahasa Tionghoa.

Dengan adanya pendeta ini, maka ekspedisi Turki ini tidak mengalami banyak rintangan, oleh karena setiap penghalang yang kuat selalu hancur apabila berhadapan dengan Balutin yang lihai. Selain ilmu silatnya yang tinggi, Balutin juga mahir dalam ilmu sihir, dan lweekang serta khikangnya sudah mencapai tingkat tinggi sekali.

Oleh karena adanya gerakan tentara Turki inilah yang membuat bangsa Mongol gelisah sekali. Mereka ini merasa pun akhirnya dapat juga mencari tahu akan rahasia Kerajaan Turki dan dapat mengetahui bahwa bangsa Turki ini hendak mencari sebuah Pulau Emas di Laut Tiongkok.

Maka, bangsa Mongol lalu menguasakan kepada Pangeran Vayami yang cerdik dan untuk menghubungi Kaisar Tiongkok. Ini pulalah sebabnya maka Hai Kong Hosiang diutus oleh kaisar untuk mengundang Pangeran Vayami datang ke istana kaisar.

Setelah Vayami bertemu dengan kaisar secara cerdik sekali Vayami lalu menghasut dan memberi tahu bahwa tentara Turki bermaksud mengurung ibu kota Tiongkok dan merampas sebuah pulau di Laut Tiongkok yang mengandung banyak emas! Secara cerdik sekali Pangeran Vayami menghasut dan hendak mengadudombakan tentara Turki dan tentara Tiongkok, sedangkan diam-diam pangeran yang cerdik dan licin ini telah mempersiapkan kaki tangannya untuk secara mendadak menyerbu pulau itu. Ia mengambil siasat “Membiarkan Dua Ekor Anjing Berebut Tulang” dan kemudian diam-diam membawa tulang itu berlari sementara kedua anjing itu masih bergumul!

Akan tetapi, Kaisar Tiongkok pun bukan seorang bodoh, dan seandainya ia sendiri bodoh, namun para penasehatnya adalah orang-orang cendekiawan yang berpemandangan luas. Oleh karena ini biarpun kaisar telah masuk dalam perangkapnya dan mengirimkan barisan besar yang dikepalai oleh Beng Kong Hosiang dan beberapa orang perwira tertinggi kepandaiannya bahkan kepala bayangkari, seorang perwira kekasih kaisar yang amat tinggi kepandaiannya dan bernama Lui Siok In, mendapat tugas khusus untuk memimpin barisan itu bersama-sama Beng Kong Hosiang dan lain-lain perwira, bergerak menuju ke pantai laut di sebelah utara dekat tapal batas Tiongkok, di mana menurut keterangan Pangeran Vayami tentara Turki itu berkumpul.

Sementara itu, kaisar memerintahkan Hai Kong Hosiang untuk tetap menemani Pangeran Vayami dengan alasan melindungi keselamatan tamu agung itu dalam perjalanannya kembali ke negerinya, sedangkan sebetulnya kaisar ini bukan hendak menjaga keselamatan orang, akan tetapi bahkan ingin mengawasi dan mengikuti gerak-geriknya, dan membatasi usaha-usaha kecurangan yang mungkin hendak dilakukan oleh Pangeran Vayami yang cerdik.






Oleh karena ini, Hai Kong Hosiang mendapat tugas istimewa dan hwesio ini pun lalu mengajak supeknya, yaitu Kiam Ki Sianjin yang telah pikun dan gagu, akan tetapi masih lihai sekali itu.

Pangeran Vayami lalu keluar dari istana bersama Hai Kong Hosiang dan Kiam Ki Sianjin, dan pangeran ini langsung menuju ke utara pula dan memberi tahukan kepada Hai Kong Hosiang tentang adanya Pulau Emas itu.

Hai Kong Hosiang walaupun seorang pendeta, namun hatinya tertarik dan ingin sekali mendapatkan gunung emas itu, maka ia pun lalu menyetujui ajakan Pangeran Vayami untuk menyaksikan pulau itu dari dekat dan kalau mungkin mendarat di pulau itu. Hal ini menurut Hai Kong Hosiang tidak ada salahnya, oleh karena tugasnya yang didapat dari kaisar hanya mengawasi dan menjaga agar pangeran ini jangan melakukan sesuatu yang akan merugikan, pendeknya kaisar mencurigai Pangeran Vayami dan Hai Kong Hosiang bertugas mengawasinya.

Ketika tentara Turki yang dipimpin dan dilindungi oleh Balutin itu tiba di tepi pantai laut, mereka berhenti dan memasang kemah. Sementara itu, bagian perlengkapan lalu sibuk membuat perahu-perahu untuk keperluan menyeberang. Biarpun mereka telah lebih dulu menyediakan segala keperluan untuk membuat perahu-perahu ini, akan tetapi oleh karena jumlah tentara yang hendak diseberangkan ini tidak kurang dari seribu orang, maka pembuatan perahu itu makan waktu berhari-hari.

Dan pada waktu mereka sedang sibuk membuat persiapan menyeberang, datanglah tentara Kerajaan Tiongkok yang dipimpin oleh Lui Siok In, Beng Kong Hosiang dan perwira-perwira lain!

Tentara Tiongkok lebih banyak jumlahnya dan karena mereka datang di waktu hari telah menjadi gelap, maka tentara Tiongkok di bawah pimpinan Lui Siok In yang pandai, lalu diam-diam mengurung perkemahan tentara Turki. Kemudian, serentak tentara Tiongkok, yang sudah mengurung ini memasang obor hingga keadaan menjadi terang sekali bagaikan siang hari!

Tentu saja, ketika tiba-tiba melihat ribuan obor menyala mengelilingi tempat mereka, tentara Turki menjadi panik. Akan tetapi, Balutin dengan senyumnya yang selalu menghias mukanya yang bulat dan gemuk, berhasil menyuruh anak buahnya berlaku tenang. Mereka diperintahkan untuk memasang dan memegang obor pula, kemudian ia lalu berdiri di depan barisannya menanti kedatangan musuh.

Lui Siok In dengan tindakan gagah, pedang di pinggang dan sayap garuda menghias topinya, tanda bahwa ia adalah seorang perwira Sayap Garuda tingkat tertinggi, diikuti oleh perwira-perwira lain dan Beng Kong Hosiang, maju menghampiri Balutin dan berkata dengan suara lantang,

“Hai, tentara Turki! Kalian telah melanggar wilayah kami dan karena sekarang kamu telah dikurung dan tak berdaya, maka lebih baik kamu menyerah saja agar menjadi orang-orang tawanan yang akan kami perlakukan dengan baik-baik!”

Di bawah penerangan obor di sekeliling mereka yang dipegang oleh tentara kedua belah fihak, Balutin kelihatan seperti seorang raksasa pendek. Pendeta Turki ini lalu melangkah maju dan sambil tertawa ia menuding ke arah Lui Siok In dan berkata,

“Hai, Perwira muda! Siapakah yang menjadi pemimpin besar barisanmu ini? Suruhlah dia sendiri maju, dan jangan majukan segala perwira hijau untuk bicara dengan aku!”

Mendengar dirinya disebut “perwira hijau” oleh pengemis jembel yang gemuk sekali ini, tentu saja Lui Siok In menjadi marah.

“Bangsat jembel, siapakah kamu?”

Balutin tertawa bergelak sambil memegangi perutnya.
“Kau mau tahu aku siapa? Akulah pemimpin besar barisan Turki! Akulah Balutin atau boleh juga kau sebut Pouw Lojin! Anak muda, panggillah keluar pemimpin besarmu agar dapat bicara dengan aku!”

Lui Siok In terkejut mendengar bahwa yang berdiri di depannya seperti seorang pengemis jembel ini adalah Balutin sendiri, tokoh yang amat terkenal semenjak tentara Turki menyerbu melalui Mongol. Nama Balutin ini pernah disebut-sebut oleh kaisar sendiri ketika memberi perintah kepadanya untuk memimpin barisan, oleh karena kaisar pun telah mendengar dari Pangeran Vayami yang sangat memuji-muji Balutin sebagai orang gagah dan pemimpin besar. Lui Siok In tidak sudi memperlihatkan kelemahan dan kejerihannya, maka sambil tertawa ia berkata,

“Aha, tidak tahunya pemimpin besar tentara Turki yang bernama Balutin dan yang disohorkan sangat gagah perkasa itu hanyalah seorang pengemis jembel yang terlantar. Ha-ha-ha! Ketahuilah, Jembel gemuk, akulah pemimpin barisar ini dan namaku Lui Siok In. Lebih baik kau menyerah saja agar kau dapat diberi makan enak dan tak usah mampus di ujung senjata!”

Balutin memandang heran dan hampir tak percaya bahwa panglima besar tentara Tiongkok hanyalah seorang perwira muda ini. Ia lalu berkata menghina,

“Agaknya Tiongkok sudah kehabisan orang gagah, maka terpaksa memajukan kau sebagai panglima. Mari, hendak kulihat sampai di mana kepandaianmu!’

Sambil berkata demikian, Balutin menengok ke arah pohon yang tumbuh di dekat situ. Daun-daun pohon itu bergantungan di atasnya dan ia lalu menggerakkan kedua tangannya menampar ke arah daun-daun pohon itu. Angin besar keluar dari kedua lengannya yang dipenuhi tenaga khikang itu dan beberapa helai dauh pohon itu lalu rontok dan melayang ke bawah!

Balutin masih menggerak-gerakkan kedua tangannya dan daun-daun pohon yang melayang ke bawah itu bergerak-gerak di udara dan tak dapat melayang turun, seakan-akan tertahan oleh tiupan dari bawah dan kini bermain-main di udara bagaikan hidup!

Lui Siok In terkejut sekali dan ia mengerti bahwa Balutin sedang mempergunakan kepandaian khikang yang disebut Mempermainkan Daun Rontok! Ia maklum bahwa daun-daun ini biarpun ringan, akan tetapi dapat digerakkan dengan tenaga khikang dan dapat dipakai menyerang lawan bagaikan senjata-senjata rahasia hebat!

Di Tiongkok juga terdapat ilmu ini yang dipelajari sambil menggunakan tenaga khikang dan angin gerakan tangan dapat diarahkan kepada daun-daun itu hingga daun-daun itu dapat digerakkan ke mana saja menurut kehendak orang.

Benar saja sebagaimana dugaan Lui Siok In. Tiba-tiba Balutin lalu membuat gerakan dengan kedua telapak tangannya dan daun-daun itu dari atas lalu menyambar turun hendak menyerang tubuh Lui Siok In.

Perwira muda ini bukan orang sembarangan dan ia juga memiliki kepandaian tinggi. Kalau ia tidak lihai, mana ia bisa diterima menjadi kepala pengawal pribadi kaisar. Ia lalu berseru keras dan membuat gerakan dengan jari-jari tangannya pula yang ditelentangkan. Dari kedua telapak tangannya ini keluarlah tenaga khikang yang hebat pula dan aneh.

Daun-daun yang tadinya dari atas melayang naik kembali dan terapung-apung di tengah udara. Pertempuran hebat dan adu tenaga khikang ini berlangsung lama dan menegangkan hingga semua tentara yang memegang obor dan menyaksikan pertandingan hebat ini menahan napas.

Kedua panglima itu berhadapan dengan mata saling pandang dan kedua tangan bergerak-gerak dan diulur ke depan seakan-akan dua orang pengemis sedang minta sedekah, sedangkan daun-daun itu melayang-layang di tengah udara, sebentar menyambar turun, sebentar melayang naik kembali.

Akan tetapi, akhirnya ternyata bahwa Lui Siok In kalah tinggi kepandaiannya dan tenaga khikangnya masih kalah setingkat oleh Balutin yang lihai itu. Beberapa kali kedua orang itu berseru mengerahkan tenaga, dan perlahan tapi tentu, kedua tangan Lui Siok In mulai gemetar, sedangkan pada mukanya yang pucat itu mengucur peluh membasahi jidat dan pipinya. Daun-daun yang bergerak-gerak di udara itu mulai mendesak turun dan makin mendekati kepala Lui Sok In.

Perwira she Lui itu maklum bahwa apabila adu khikang ini diteruskan, keadaannya akan berbahaya sekali. Maka secepat kilat ia lalu membuat gerakan Ikan Gabus Melompat Tinggi, menjatuhkan diri ke belakang sambil membuat gerakan berjungkir balik, lalu cepat menjatuhkan diri pula sambil bergulingan di atas tanah.

Ia memang harus menggunakan gerakan ini, karena kalau tidak ia akan terpukul oleh tenaga khikang yang telah menekan dan mendesaknya. Dengan cara bergulingan itu ia memulihkan aliran darahnya kembali dan membebaskan ia daripada serangan daun-daun itu yang lalu meluncur dan jatuh ke atas tanah.

Balutin tertawa bekakakan sambil bertolak pinggang.
“Ha-ha-ha! Hanya begitu saja kepandaianmu, Perwira muda! Dan kau berani bersombong hendak menawan aku? Ha-ha-ha!”






Tidak ada komentar :