*

*

Ads

Rabu, 29 Mei 2019

Pendekar Bodoh Jilid 110

Kakek botak itu tertawa bergelak karena girangnya.
“Bagus, bagus! Ketahuilah, aku bernama Hok Peng Taisu, dan kakek gagu ini adalah suhengmu bernama A Tok!”

Ma Hoa lalu menjura kepada suhengnya yang sudah tua itu hingga A Tok menjadi girang dan membalas pemberian hormat itu sambil berseru

“Ah-ah-uh-uh” dan tangannya bergerak-gerak.

“Tempat ini kurang baik untuk belajar silat,” kata Hok Peng Taisu, “mari kau ikut aku ke Hong-lun-san!”

Ma Hoa menurut dan kedua guru dan murid itu berlari cepat meninggalkan tempat itu, menuju ke sebuah bukit lain yang nampak puncaknya dari situ. Ma Hoa mengerahkan ilmunya berlari cepat, akan tetapi biarpun suhunya hanya berjalan perlahan saja kelihatannya, namun ia selalu tertinggal di belakang! Maka ia merasa girang sekali oleh karena mendapat kenyataan bahwa suhunya yang baru ini benar-benar memiliki ilmu kepandaian tinggi.

Setelah tiba di Hong-lun-san, Ma Hoa menjadi kagum melihat bahwa di puncak bukit ini terdapat pondok suhunya dan pemandangan di situ tidak kalah indahnya dengan tempat tinggal Yousuf.

Semenjak saat itu, ia mendapat latihan IImu Silat Bambu Kuning yang luar biasa dari suhunya, Hok Peng Taisu. Ilmu silat ini dimainkan dengan menggunakan dua batang bambu kuning yang runcing. Sepasang bambu runcing ini pendek saja hingga merupakan siangkiam atau sepasang pedang yang aneh karena terbuat dari bambu biasa dan tidak tajam, ujungnya runcing.

Biarpun hanya sepasang bambu runcing kering, akan tetapi senjata ini hebatnya tidak kalah dengan senjata-senjata lain yang terbuat dari besi atau baja. Hok Peng Taisu telah menggunakan waktu bertahun-tahun untuk mencipta ilmu silat ini hingga di waktu mencipta, ia telah memasukkan segala kemungkinan menghadapi senjata lawan yang bagaimanapun.

Kemudian ia telah merantau puluhan tahun di waktu mudanya tanpa dapat menemukan tandingan yang dapat merobohkan ilmu silatnya ini. Setelah ia mengundurkan diri dan bertapa, ia bahkan memperdalam lagi Ilmu Silat Bambu Kuning dengan cita-cita untuk menurunkannya pada seorang murid yang berbakat dan baik. Dan pilihannya jatuh kepada Ma Hoa secara tak terduga dan kebetulan sekali.

Ma Hoa sudah memiliki dasar-dasar ilmu silat yang tinggi dari Nelayan Cengeng, bahkan ilmu pedangnya Hai-liong Kiamsut lihai sekali, dan oleh karena ginkangnya sudah cukup tinggi maka kini ia dapat mempelajari Ilmu Silat Bambu Kuning dengan tak banyak susah lagi.

Setelah mempelajari ilmu silat yang aneh itu selama tiga bulan, maka ia telah dapat mainkan dua batang bambu runcing itu dengan sempurna dan hanya tinggal melatih dan mematangkannya saja.

Oleh karena maklum bahwa muridnya ini amat menguatirkan keadaan Kwee An, Hok Peng Taisu tidak menahannya ketika Ma Hoa menyatakan keinginannya untuk turun gunung dan mencari kekasihnya. Kakek ini hanya memesan agar Ma Hoa berhati-hati dan jangan lupa untuk sewaktu-waktu mengunjunginya.

Ma Hoa langsung menuju ke bukit tempat tinggal Yousuf oleh karena ia merasa pasti bahwa kalau Kwee An tertolong dari bahaya maut dan masih hidup, tentu pemuda itu akan kembali ke tempat tinggal orang Turki itu.

Akan tetapi, alangkah kecewanya dan cemas hatinya ketika tiba di tempat itu ia melihat rumah Yousuf telah menjadi tumpukan puing dan keadaan di situ sunyi sekali. Dengan cepat Ma Hoa lalu turun dari bukit, dan menemui penduduk dusun yang kini telah berangsur-angsur kembali lagi ke rumah masing-masing dan gadis itu mendapat keterangan tentang adanya penyerbuan rombongan orang Turki yang hendak menangkap Yousuf.

Seperti juga Cin Hai, ia merasa heran mengapa Yousuf, Lin Lin dan Merak Sakti dapat dikalahkan dan sampai melarikan diri dari serbuan rombongan itu. Ketika ia mencari keterangan tentang Kwee An dan Cin Hai, tak seorang pun dapat menceritakannya, oleh karena memang Kwee An tak pernah datang ke tempat itu, sedangkan ketika Cin Hai datang, orang-orang kampung sedang lari mengungsi.

Bukan main bingung hati Ma Hoa, karena tidak saja ia tidak tahu akan nasib Kwee An, bahkan kini ia tidak tahu pula bagaimana keadaan kawan-kawan lain dan dimana mereka sekarang berada. Maka ia lalu meninggalkan tempat itu dan setelah memeriksa tempat dimana ia dan Kwee An terjatuh dari tebing, ia lalu turun gunung dan mengambil keputusan hendak mencari Kwee An di sekitar gunung ini.

**** 110 ****





Tidak ada komentar :