*

*

Ads

Rabu, 05 Juni 2019

Pendekar Bodoh Jilid 125

Cin Hai hampir berseru karena girang. Itulah suara Lin Lin! Maka tanpa terasa lagi ia lalu mencabut keluar Liong-coan-kiam dari dalam jubahnya dan bersiap sedia membantu kekasihnya itu.

Diam-diam Cin Hai lalu mengumpulkan kayu dan daun kering karena ia pikir bahwa kalau keadaan di luar tidak cukup terang, maka akan berbahaya sekali bagi Lin Lin. Apabila di luar gelap maka pada saat gadis itu keluar, mudah ia diserang dengan senjata rahasia, sedangkan tadi di rumah makan ia sudah mendapat kenyataan betapa kakek bersorban itu pandai sekali menimpuk dengan sumpit, tanda bahwa ia bisa mempergunakan senjata rahasia.

Setelah kayu dan daun kering ia tumpuk, lalu ia membuat api dan membakar tumpukan itu hingga berkobarlah api yang membuat tempat itu menjadi terang sekali!

Mari kita ikuti sebentar dan secara singkat pengalaman Yousuf dan Lin Lin yang memaksa mereka berlari meninggalkan tempat tinggal mereka di lereng bukit dekat tapal batas sebelah utara itu.

Sambil menanti berita dari Cin Hai pergi mencari jejak Ma Hoa dan Kwee An, Lin Lin setiap hari melatih Ilmu Pedang Han-le Kiam-hwat yang dipelajarinya dari Cin Hai. Di samping itu ia merawat Yousuf yang terluka dengan penuh kesabaran.

Beberapa hari kemudian, selagi ia melatih ilmu pedangnya, ia melihat rombongan orang Turki menyerbu naik bukit itu dan jumlah mereka tidak kurang dari sebelas orang!

“Nona, dimana adanya Yousuf?” tanya seorang diantara mereka, yang bertubuh tinggi besar dan memegang sebuah golok di tangan.

“Ada keperluan apakah kalian mencari Yousuf?” tanya Lin Lin dengan hati-hati

“Kami hendak menawannya!”

Baru saja mendapat jawaban ini, Lin Lin menyambar dengan hebat hingga pemegang golok itu terpelanting dengan luka pada lengan tangannya!

“Enak saja kau bicara!” Lin Lin membentak. “Siapa pun tidak boleh menawan Ayahku!”

Orang-orang Turki itu merasa heran sekali mendengar bahwa gadis ini adalah puteri Yousuf sedangkan sepanjang pengetahuan mereka, Yousuf belum pernah beristeri, apalagi mempunyai seorang puteri! Mereka lalu menyerbu dengan hebat yang disambut dengan marah oleh Lin Lin. Pedang Han-le-kiam di tangannya walaupun hanya pendek, akan tetapi gerakannya luar biasa, seakan-akan seekor naga sakti mengamuk para penyerangnya.

Akan tetapi, diantara para penyerbu ini terdapat seorang yang tinggi silatnya, yaitu Lok Kun Tojin dan beberapa orang Turki yang terkenal jago-jago nomor satu di negaranya! Sebentar saja Lin Lin terkurung rapat dan terdesak hebat.

Tiba-tiba terdengar pekik nyaring dari atas dan seekor burung merak besar menyambar turun bagaikan halilintar dan begitu burung sakti itu menggerakkan sayap dan kakinya, dua batang golok musuh telah terpental dan orangnya terpelanting!

Akan tetapi, Lin Lin maklum bahwa pihak lawan kuat sekali, dan apabila diteruskan, ia akan lelah dan kalah, sedangkan Yousuf masih dalam keadaan lemah! Mengingat bahwa mereka ini datang hendak menawan Yousuf, ia menjadi gelisah sekali maka secepat kilat ia melompat mundur. Ketika pihak musuh mengejar, ia berseru,

“Kongciak-ko, kau tahan mereka!”

Merak Sakti agaknya mengerti akan maksud perintah ini karena ia lalu menyambar-nyambar dan menghalangi mereka yang hendak mengejar Lin Lin. Seorang pengeroyok yang berlaku kurang hati-hati dan terlalu berani, telah kena dipatuk matanya hingga menjadi buta!

Lin Lin mempergunakan kesempatan itu berlari cepat ke arah pondok dimana Yousuf sedang duduk dengan wajah muram. Orang tua ini selain menderita karena lukanya, juga ia merasa gelisah sekali apabila mengingat akan nasib Kwee An dan Ma Hoa yang terjatuh ke dalam jurang!

“Ayah, Ayah… ayo kita lekas lari!” tiba-tiba terdengar suara Lin Lin yang masuk dengan wajah pucat.

“Kau kenapa, Nak?” Yousuf bertanya tenang.

“Musuh datang menyerbu! Rombongan orang-orang Turki yang lihai sekali!”






Yousuf terkejut juga dan akhirnya menurut untuk melarikan diri dari belakang, sementara musuh ditahan oleh Merak Sakti. Akan tetapi, oleh karena pihak musuh memang terdiri dari orang-orang pandai, akhirnya Merak Sakti juga tidak kuat bertahan lebih lama lagi setelah ia mendapat luka-luka ringan karena tusukan golok, hingga sambil berteriak-teriak ia lalu terbang tinggi sekali. Ia melihat dua orang kawannya yang berlari cepat, maka ia lalu melayang dan mengejar mereka.

Ketika rombongan orang Turki menyerbu ke dalam rumah, mereka hanya mendapatkan rumah kosong dan pada saat itu Yousuf dan Lin Lin telah cukup jauh. Dengan gemas orang-orang Turki itu lalu membakar rumah Yousuf serta melaksanakan pengejaran. Di sepanjang jalan mereka melampiaskan rasa marah dan gemasnya kepada rakyat dusun hingga rakyat dusun banyak yang menderita dan menjadi korban keganasan mereka.

Sementara itu, Lin Lin dan Yousuf terus melarikan diri, dikawal dari atas oleh Merak Sakti. Beberapa kali mereka tersusul oleh rombongan pengejar, akan tetapi berkat kegagahan Lin Lin dan pembelaan Merak Sakti yang setia, mereka selalu dapat dipukul mundur hingga akhirnya mereka hanya mengejar dari belakang tanpa berani menyerang lagi.

Akhirnya Lin Lin dan Yousuf tinggal dalam hutan itu dan mereka menyangka bahwa mereka telah terlepas dari kejaran orang-orang Turki itu oleh karena telah lama tidak kelihatan mereka menyerang.

Padahal rombongan itu masih tetap mengintai, bahkan mereka lalu mendatangkan bala bantuan dari orang-orang pandai, di antaranya Si Nenek Bongkok Siok Kwat Moli yang menjadi sumoi dari Hai Kong Hosiang dan yang telah memberi kesanggupan kepada suhengnya itu untuk membalaskan dendamnya kepada Cin Hai dan kawan-kawannya, si kakek bersorban Wai Sau Pu yang gagah perkasa, jago dari Sin-kiang itu, dan masih banyak lagi jago-jago yang mereka datangkan dari Turki.

Ketika pada malam hari itu rombongan musuh menyerbu lagi, Yousuf yang mendengar musuh-musuhnya lalu berkata kepada Lin Lin,

“Lin Lin, anakku yang baik, kau pergunakanlah kepandaianmu untuk lari menyelamatkan diri. Tinggalkanlah aku seorang diri, aku sudah tua dan aku berani menghadapi bencana ini seorang diri. Akan tetapi kau, kau jangan sampai terbawa-bawa, anakku. Kau mendapat berkah dan doaku, pergilah Lin Lin, kalau sampai kau terkena bencana bersamaku, sampai mati pun aku akan merasa penasaran dan duka!”

“Tidak, tidak. Bagaimanapun juga aku akan tetap membelamu, Ayah!”

Yousuf merasa terharu sekali melihat betapa anak pungutnya ini bersedia membelanya dengan berkorban jiwa! Tak tertahan lagi air mata mengucur dan membasahi pipinya. Lin Lin lalu menerjang keluar sambil memutar-mutar pedang Han-le-kiamnya. Biarpun pedangnya hanya sebuah, akan tetapi ketika ia mainkan Han-le Kiam-hwat, pedang itu seakan-akan berubah menjadi puluhan pedang. Juga pada saat itu, Merak Sakti menyambar keluar dari pintu pondok dan mengamuk tak kalah hebatnya.

Siok Kwat Moli si nenek bongkok yang melihat kehebatan Merak Sakti menjadi marah sekali. Ia mencabut sebatang pisau kecil dan mengayunkan tangannya. Merak Sakti dapat melihat berkelebatnya pisau yang mengancam dada, maka cepat ia menyampok dengan kaki kirinya, akan tetapi tidak tahunya, bahwa pisau itu lihai sekali, tidak bergagang dan pada kedua ujungnya tajam.

Ketika disampok, pisau itu tidak terpental bahkan lalu melejit dan meleset menancap pada paha burung merak itu. Merak Sakti memekik kesakitan dan terbang tinggi ke atas dengan pisau masih menancap pada pahanya.

Cin Hai segera melompat dan menerjang dengan pedangnya sambil berseru,
“Moi-moi, jangan kau takut, aku datang membantumu!”

Alangkah girangnya hati Lin Lin melihat pemuda kekasihnya ini, maka ia lalu memutar pedangnya makin hebat dan bersemangat sambil berteriak,

“Koko…!”

Sementara itu, keempat orang tua yang tadi telah bertemu dengan Cin Hai di rumah makan, menjadi terkejut sekali melihat bahwa pemuda itu kini tiba-tiba muncul dan membantu gadis yang gagah itu.

“Tikus kecil, kau berani muncul lagi?” Wai Sauw Pu membentak dan tasbehnya lalu menyambar.

“Tikus besar, mengapa aku tidak berani?” balas Cin Hai membentak.

Biarpun dikeroyok hebat, hati pemuda ini merasa girang dan gembira sekali karena telah dapat bertemu dengan kekasihnya. Pedang Liong-coan-kiam berkelebatan dan menyilaukan mata para pengeroyoknya ketika ia mainkan ilmu pedangnya Daun Bambu yang lihai.

Ketika Kang-lam Sam-lojin ikut maju mengeroyok Cin Hai, pemuda ini lalu menegur mereka,

“Sam-wi Totiang, apakah Sam-wi selama ini baik saja?”

Giok Yang Cu yang tinggi besar dan itu lalu membentak,
“Setan kecil, siapakah engkau yang berpura-pura telah kenal kami tiga saudara?”

“Ha, ha, Giok Yang Cu Totiang, lupakah kau kepada Cin Hai si Anak Gundul?”

Bukan main terkejut dan herannya tiga orang tosu itu mengetahui bahwa pemuda itu benar-benar Cin Hai, anak gundul yang dulu pernah ikut mereka. Tak mereka sangka bahwa anak yang kelihatan bodoh dan gundul itu dan kemudian pergi bersama Ang I Niocu, kini telah menjadi seorang pemuda yang demikian lihainya. Mereka lalu berbalik mengeroyok Lin Lin lagi oleh karena mereka merasa tidak enak hati mengeroyok Cin Hai, anak yang dulu pernah menolong jiwa mereka!

Biarpun Cin Hai lihai sekali kepandaiannya dan Lin Lin juga telah memiliki ilmu pedang yang hebat, akan tetapi oleh karena para pengeroyok itu terdiri dari tokoh-tokoh persilatan yang berilmu tinggi, lagi pula oleh karena ilmu pedang Lin Lin belum sempurna dan matang betul, maka terpaksa Cin Hai harus mengerahkan tenaga untuk bersilat di dekat gadis kekasihnya untuk membelanya di waktu perlu, dan keadaan keduanya segera terkurung rapat! Celakanya bahwa Sin-kong-ciak yang lihai telah terluka dan tidak berani turun membantu lagi!

Yousuf yang menderita sakit karena selain lukanya yang belum sembuh dan kegelisahannya berhubung dengan jatuhnya Kwee An dan Ma Hoa di dalam jurang mendatangkan tekanan batin yang hebat, kini menghadapi penyerbuan yang membahayakan ini menjadi bingung sekali.

Ia lalu menganggap dirinya berdosa besar, karena perpisahan antara Lin Lin dan Cin Hai pun terjadi oleh karena urusannya. Kalau rombongan orang Turki itu tidak datang menyerbu untuk menawannya dan Lin Lin tidak membelanya, tentu gadis itu tidak akan pergi dari lereng gunung di utara itu dan tidak akan terpisah dari Cin Hai.

Dan sekarang kembali gadis itu berada di dalam bahaya karena membelanya. Kalau gadis itu sampai terbinasa, alangkah besar dosanya! Maka ia lalu paksakan diri keluar sambil membawa sebatang pedang, akan tetapi tubuhnya amat lemas!

Pada saat ia muncul di ambang pintu, matanya terbelalak ketika ia melihat seorang pemuda bertempur membantu Lin Lin dan ternyata bahwa pemuda itu adalah Cin Hai!

“Cin Hai…!” serunya girang, akan tetapi segera ia roboh tertotok oleh Wai Sauw Pu yang telah melompat dan segera menawannya.

“Cuwi, tangkaplah aku akan tetapi jangan kalian mengganggu kedua orang muda itu!” Yousuf masih sempat berteriak sebelum Wai Sauw Pu membawanya lari!

Lin Lin terkejut sekali dan hendak mengejar, akan tetapi para pengeroyoknya tidak memberi kesempatan kepadanya. Juga Cin Hai tak dapat meninggalkan Lin Lin seorang diri, maka kedua orang muda itu merasa gelisah sekali.

Dan pada saat itu, terdengar suara ketawa yang nyaring sekali, lalu disusul berkelebatnya bayangan yang gesit sekali ke arah Wai Sauw Pu yang sedang lari sambil mengempit tubuh Yousuf. Sekali bayangan itu bergerak, Wai Sauw Pu roboh terpelanting dan Yousuf telah dipulihkan kembali dari totokan!

Yousuf dengan lemah lalu merayap ke pinggir dan tiba-tiba terdengar bisikan orang,
“Paman Yousuf, mari ikut aku!”

Yousuf memandang dan ternyata seorang Turki keluar dari tempat gelap. Ketika ia memperhatikan, orang itu bukan lain adalah keponakannya sendiri yang segera menggendongnya dan membawanya lari ke dalam gelap!

Sementara itu, penolong yang datang dengan tiba-tiba itu tertawa lagi dan berkata,
“Kalian ini semut-semut kecil hendak berlagak ganas, melarikan orang dan berani mengeroyok seorang nona manis? Ha, ha, itu namanya tidak memandang mukaku. Sungguh terlalu, terlalu sekali!”

Setelah berkata demikian, orang itu lalu menyerbu dan gerakan kaki tangannya ringan dan cepat sekali!






Tidak ada komentar :