*

*

Ads

Minggu, 28 April 2019

Pendekar Bodoh Jilid 033

Setelah menerima perintah dari Susiok-couwnya, Ang I Niocu pergi mencari sucinya ke Lok-bin-si. Akan tetapi, ketika ia tiba di situ, ia mendengar bahwa Giok-gan Kui-bo telah lama pergi meninggalkan daerah itu dan kabarnya merantau ke arah barat.

Ang I Niocu sebetulnya ingin lekas-lekas kembali ke Gua Tengkorak karena semenjak meninggalkan tempat itu, hatinya tertinggal di sana bersama Cin Hai, pemuda yang telah merebut seluruh isi hatinya itu.

Akan tetapi ia tidak berani kembali dan bertemu dengan susiok-couwnya sebelum bertemu dengan sucinya. Ia maklum bahwa susiok-couwnya itu sangat bengis, keras dalam hal memberi tugas. Sebelum tugas itu diselesaikan, maka ia tidak boleh kembali membuat laporan. Oleh karena ini, ia lalu menyusul ke barat, mencari sucinya.

Daerah barat sangat luas sehingga tidak mudah mencari seorang yang tidak diketahui jelas dimana tinggalnya, walaupun orang itu begitu terkenal seperti Giok-gan Kui-bo sekalipun!

Oleh karena ini maka Ang I Niocu merantau sampai dua tahun lebih belum juga dapat bertemu dengan Giok-gan Kui-bo. Hatinya bingung dan sedih sekali. Ia merasa amat rindu kepada Cin Hai, akan tetapi apa dayanya? Pemuda itu sekarang berada dengan susiok-couwnya dan ia sekali-kali tidak berani menghadap Bu Pun Su sebelum tugasnya selesai.

Oleh karena memang berwatak baik, di sepanjang jalan Ang I Niocu tiada hentinya mengulurkan tangan menggunakan kepandaiannya untuk menolong mereka yang menderita, membela kaum tertindas dan membasmi para penjahat yang mengganas. Maka di daerah barat namanya pun menjadi terkenal sekali.

Setelah ia tiba di sebuah kota yang disebut Bok-chiu, akhirnya ia mendapat keterangan tentang nama sucinya. Ternyata sucinya terkenal sekali di kota ini karena dengan seorang diri saja Giok-gan Kui-bo telah menghajar habis-habisan kepada kawanan Piauwsu Harimau Kuning yang terkenal sekali di kota Bok-chiu.

Pertempuran ini terjadi ketika para piauwsu itu bermusuhan dengan seorang piauwsu baru yang belum lama membuka perusahaan piauwkiok (kantor pengirim barang) di kota itu.

Memang Oei-houw-piauwkiok terkenal mempunyai barisan yang terdiri dari jago-jago silat berkepandaian tinggi dan karenanya ditakuti oleh semua orang di kota itu, juga para penjahat dan perampok yang biasa mencegat di hutan-hutan dan gunung-gunung apabila melihat bendera warna kuning dengan gambar kepala harimau, tidak ada yang berani mengganggu.

Akan tetapi Oei-houw-piauwkiok memasang tarip terlalu tinggi untuk biaya pengiriman dan pengawalan barang. Oleh karena itu ketika piauwsu yang baru itu membuka perusahaannya, para saudagar yang mengirim barang mulai mempercayakan barang-barangnya kepada piauwsu yang bernama Ong Hu Lin itu. Hal ini membuat para piauwsu dari Oei-houw-piauwkiok menjadi marah sekali dan terjadilah permusuhan.

Ong Hu Lin adalah seorang piauwsu yang masih muda dan berwajah tampan. Ilmu silatnya lumayan juga dan ia memiliki ilmu golok yang lihai. Almarhum ayahnya juga seorang piauwsu yang ternama di daerah barat dan ia hanya menggantikan kedudukan ayahnya oleh karena tidak dapat mencari pekerjaan lain. Dengan mengandalkan kepandaiannya, ia mencari nafkah dengan mengawal barang-barang berharga dan mendapat upah sekedarnya.

Pada suatu hari, Ong Hu Lin mendapat kepercayaan dari hartawan Lui untuk mengawal kiriman segerobak cita yang mahal harganya. Ketika melalui sebuah hutan, tiba-tiba ia diganggu oleh kawanan perampok yang terdiri dari belasan orang. Ong Hu Lin menghadapi kepala rampok itu dan berkata,

“Sahabat, harap kalian jangan mengganggu aku yang sedang mencari nafkah. Kalau kalian menghargai persahabatan, maka sepulangku dari tempat kemana barang ini harus kukirim, aku akan singgah untuk memberi hormat dan akan membawa sekedar barang hadiah sebagai tanda penghormatan.”

Akan tetapi Ong Hu Lin sama sekali tidak tahu bahwa perampok-perampok itu bukan lain adalah kaki tangan para piauwsu di Oei-houw-piauwkiok yang sengaja menyewa tenaga mereka untuk mengganggu Ong Hu Lin. Maka tentu saja kata-katanya itu ditertawakan saja oleh kawanan perampok, dan kepala perampok yang tinggi besar itu membentak,

“Piauwsu hijau jangan banyak cakap. Tinggalkan barang-barang ini di sini dan kau pergilah kalau kau sayangi jiwamu. Orang macam kau tidak pantas menjadi piawsu, dan lebih baik kau tutup saja perusahaanmu itu! Ha-ha-ha!”






Ong Hu Lin marah sekali. Dicabutnya golok yang tergantung di pinggangnya dan ia lalu dikeroyok. Akan tetapi, ternyata bahwa kepandaian Ong-piauwsu cukup tangguh hingga tak lama kemudian beberapa orang anggauta perampok telah roboh mandi darah. Dengan ilmu goloknya yang lihai ia dapat mendesak sekalian perampok itu.

Pada saat itu, tiba-tiba muncul tiga orang yang membantu para perampok mengeroyok Ong-piauwsu dan mereka ini bukan lain adalah para piauwsu Oei-houw-piauwkiok! Ternyata kepandaian ketiga orang piauwsu ini lihai juga dan sebentar saja Ong-piauwsu terdesak hebat dan jiwanya terancam.

Pada saat itu, terdengar suara wanita tertawa yang terdengar halus merdu tetapi mendirikan bulu tengkuk karena tidak terlihat orangnya dan tahu-tahu berkelebat bayangan menyambar para pengeroyok itu. Sebentar saja habislah para perampok berikut tiga orang piauwsu itu disapu oleh seorang wanita yang bergerak menari-nari dengan cepat dan ganas. Di mana saja tangan atau kakinya menyambar, tentu seorang perampok terlempar dan bergulingan sampai jauh! Akhirnya semua perampok lari tunggang langgang sambil membawa kawan-kawan yang terluka.

Ong Hu Lin berdiri memandang dengan kedua mata terbelalak. Ternyata yang menolongnya dengan kepandaian luar biasa itu adalah seorang wanita yang cantik dengan sepasang mata genit dan liar mengerling kepadanya. Mulut wanita itu tersenyum manis. Rambutnya hitam panjang dibiarkan tergantung di punggungnya, bajunya berwarna hijau dan celananya putih.

ONG Hu Lin sadar dari keheranannya dan buru-buru ia menjura memberi hormat,
“Lihiap yang gagah perkasa, siauwte sungguh berhutang budi dan tidak tahu bagaimana harus membalasnya.”

“Ong-piauwsu, janganlah kau terlalu sungkan. Bukankah kita adalah orang-orang sekaum di kalangan kang-ouw dan sudah seharusnya saling menolong?” Wanita itu menjawab dengan suaranya yang merdu.

Ong Hu Lin terkejut.
“Bagaimana Nona bisa mengetahui namaku?”

“Bukankah kau Ong Hu Lin, piauwsu muda yang membuka perusahaan di Bokchiu?” kata wanita itu yang bukan lain adalah Giok-gan Kui-bo adanya. “Kebetulan sekali aku bertemu dengan ketiga orang Piauwsu dari Oei-houw-piauwkiok itu dan mendengar mereka membicarakan engkau. Mana bisa aku membiarkan saja mereka berlaku sewenang-wenang?”

“Terima kasih banyak, Lihiap. Tetapi siapakah nama Lihiap yang lihai seperti bidadari ini?”

Giok-gan Kui-bo mengerling dengan gaya yang manis dan genit dan memandang wajah yang tampan itu dengan tajam.

“Namaku Kim Lian dan orang menyebut aku Giok-gan Lihiap (Pendekar Wanita Bermata Intan).”

Melihat gerak-gerik dan lagak wanita cantik ini, tahulah Ong Hu Lin bahwa ia berhadapan dengan seorang wanita yang genit, maka ia lalu berlancang mulut berkata sambil tersenyum manis.

“Sungguh nama dan julukan yang indah dan manis, sesuai benar dengan orangnya.”

Giok-gan Kui-bo berpura-pura marah dan memandang dengan mata melotot, tetapi bibirnya tetap tersenyum!

“Lihiap, harap kau jangan kepalang menolong orang.” kata Ong Hu Lin.

“Apa maksudmu?”

“Sudah jelas bahwa diriku yang tiada kawan ini dimusuhi oleh kawanan Oei-houw-piauwkiok yang terdiri dari orang-orang pandai. Kalau tidak ada engkau yang lihai, Lihiap, tentu aku telah binasa. Maka sudilah kau mengawani aku berjalan bersama-sama sampai di tempat tujuan agar mereka itu tidak berani mengganggu lagi.”

“Kalau aku mau apakah upahnya?” Kim Lian bertanya sambil tertawa genit.

“Apa yang kau minta, Lihiap, biar jiwaku sekalipun akan kuberikan kepadamu.” jawab Ong Hu Lin yang ternyata pandai bermain kata-kata.

Demikianlah semenjak saat itu mereka berdua menjadi kawan baik yang tidak berpisah lagi. Ketika Ong Hu Lin bersama Kim Lan kembali ke Bok-chiu, mereka ditunggu oleh kawanan piauwsu dari Oe-houw-piauwkiok dan dikeroyok, tetapi semua piauwsu itu dengan mudah saja dapat dihajar oleh Giok-gan Kui-bo! Akhirnya piauwsu-piauwsu itu menyatakan takluk dan semenjak itu, Ong Hu Lin yang menjadi pemimpin piauwkiok itu.

Sebaliknya Giok-gan Kui-bo tetap menjadi kawan baik Ong Hu Lin. Akan tetapi, karena memang sudah biasa merantau dan tidak kerasan tinggal di dalam sebuah rumah dan mengurus rumah tangga, Kim Lan lalu meninggalkan Ong Hu Lin dan membuat tempat tinggal sendiri di dalam sebuah gua di gunung yang dekat dengan kota Bok-chiu. Gua ini ia jadikan tempat beristirahat dan kadang-kadang saja ia pergi menemui Ong Hu Lin di rumahnya.

Giok-gan Kui-bo sama sekali tak pernah menyangka bahwa Ong Hu Lin sebetulnya telah mempunyai seorang isteri! Dan isterinya ini bukanlah seorang sembarangan karena isterinya ini adalah Pek bin Moli Si Iblis Wanita Muka Putih, yaitu puteri tunggal dari Pek Moko!

Ong Hu Lin bertemu dengan Pek Moko dan puterinya dan Pek-bin Moli jatuh cinta kepadanya hingga akhirnya dipaksa kawin dengan Pek-bin Moli. Sebetulnya kalau melihat orangnya, setiap pemuda pasti akan bersedia dengan senang hati untuk menjadi suami Pek-bin Moli yang selain muda dan cantik, juga memiliki kepandaian silat tinggi, karena dalam hal kepandaian silat, selain menerima pendidikan dari ayahnya, Pek Moko, ia juga menerima pendidikan dari supeknya, ialah Hek Moko yang lihai!

Akan tetapi celakanya, Pek-bin Moli yang cantik jelita ini berotak miring! Gadis ini menjadi gila karena suatu penyakit panas hingga betapapun cantiknya, akhirnya Ong Hu Lin tidak tahan melihat keadaan isterinya dan menjadi jijik dan takut! Oleh karena ini, maka pada suatu hari Ong Hu Lin berhasil melarikan diri dan minggat dari isterinya yang gila ini hingga sampai di Bok-chiu dan bertemu dengan Giok-gan Kui-bo yang biarpun kecantikannya tidak melebihi Pek-bin Moli, akan tetapi sikapnya menarik hati dan tidak gila!

Suami yang meninggalkan isterinya ini sama sekali tak pernah mimpi bahwa pada saat itu, isterinya yang gila telah menyusulnya dan berhasil mengetahui tempat tinggalnya! Bahkan isteri yang gila akan tetapi mewarisi kecerdikan ayahnya ini telah mengetahui pula akan perhubungannya dengan Giok-gan Kui-bo! Kalau saja ia tahu, tentu ia akan lari pergi karena ia takut setengah mati kepada isterinya ini dan sudah maklum akan kepandaian isterinya yang lihai sekali.

Pada suatu malam, ketika Ong Hu Lin dengan enaknya tidur di dalam kamarnya, tahu-tahu jendela kamarnya terbuka dari luar dan suara yang sangat dikenal dan ditakutinya memanggilnya.

Ong Hu Lin membuka matanya dan ia menggosok-gosok mata karena mengira bahwa ia sedang bermimpi. Ternyata bahwa sambil tersenyum-senyum manis tetapi dengan sepasang mata bersinar menakutkan, di depan pembaringannya telah berdiri Pek-bin Moli, isterinya yang berotak miring itu! Pek-bin Moli memakai baju kotak-kotak lucu sekali dan celananya berwarna kuning gading.

“Kau…?” Ong Hu Lin berseru.

“Hi-hi, kau sudah rindu kepadaku, suamiku yang manis?” Pek-bin Moli tertawa dan menghampiri hingga diam-diam Ong Hu Lin menggigil ketakutan. “Hayo kau beritahukan padaku di mana adanya sundal yang menjadi kekasihmu itu?”

“Sia… siapa… yang kau… kau maksudkan…?” Ong Hu Lin bertanya gagap.

“Hi-hi, siapa lagi kalau bukan Giok-gan Kui-bo? Hayo kau lekas turun dan antar aku menemuinya. Atau haruskah aku menggunakan paksaan?”

Biarpun suara isterinya terdengar merdu, akan tetapi sinar matanya mengeluarkan ancaman hebat hingga mau tidak mau Ong Hu Lin terpaksa menyanggupi. Ia dapat membujuk-bujuk isterinya yang gila itu untuk menanti sampai besok pagi, karena tidak mungkin malam-malam yang gelap itu mencari gua tempat Giok-gan Kui-bo.

Karena Pek-bin Moli sangat mencinta suaminya, maka ia menurut dan malam itu Ong Hu Lin terpaksa menuturkan cerita bohong, dan mengatakan bahwa ia pergi karena hendak merantau dan meluaskan pengalaman.

Setelah malam berganti pagi, maka Ong Hu Lin terpaksa mengantarkan isterinya itu mengunjungi gua di mana Giokgan Kui-bo tinggal! Semua piauwsu di situ terheran-heran karena tidak tahu bilamana datangnya seorang wanita cantik yang bersikap dan berpakaian aneh itu dan tahu-tahu wanita itu telah keluar dari kamar bersama-sama Ong Hu Lin. Setelah Ong-piauwsu memberitahukan bahwa wanita itu adalah isterinya, semua orang terkejut sekali tak seorang pun berani banyak bertanya.






Tidak ada komentar :