*

*

Ads

Rabu, 19 Juni 2019

Pendekar Bodoh Jilid 151

Song Kun terkejut sekali, akan tetapi, pada saat itu terdengar jerit Lin Lin yang roboh pingsan, Cin Hai cepat melompat dan setelah melihat kekasihnya roboh pingsan, ia lalu menyimpan pedangnya dan menubruk kekasihnya itu dengan bingung dan cemas.

“Lin Lin… Lin-moi… ah, mengapa kau berkuatir…?”

Melihat betapa Cin Hai dengan wajah pucat memeluk Lin Lin dan melihat pula muka gadis itu yang menjadi pucat bagaikan mayat, Song Kun merasa heran dan juga kaget. Ia tadi merasa terkejut sekali melihat betapa dalam keadaan sesulit itu Cin Hai masih dapat menyelamatkan diri bahkan berhasil pula membabat putus pedangnya, maka diam-diam ia merasa amat kagum dan juga sedikit jerih. Kini melihat Lin Lin roboh pingsan bagaikan telah mati, ia merasa kasihan dan berkuatir. Memang di dalam hatinya, ia amat mencinta gadis itu.

“Dia kenapakah…?” tanyanya terheran.

Tanpa menengok, Cin Hai lalu menjawab,
“Dia telah terkena racun jahat dari Hai Kong Hosiang, dan dalam seratus hari dia akan mati.”

“Apa…?? Dia tidak boleh mati. Apakah tidak ada obatnya?” tanya Song Kun dengan hati berdebar cemas.

Cin Hai mengangguk.
“Hanya ada satu macam obat dan obat itu berada di tangan Hai Kong Hosiang. Untuk itulah maka kami berdua menuju ke barat.”

“Racun apakah itu?”

“Racun Ular Hijau yang jahat dan yang hanya terdapat di daerah Mongol, maka obatnya pun harus dari sana.”

“Tidak, dia tidak boleh mati! Dia harus menjadi isteriku, karenanya dia tidak boleh mati! Cin Hai, biar aku titipkan dulu dia kepadamu dan karena itulah maka kau tidak kubunuh sekarang dan kuberi ampun. Aku hendak mencari obat untuknya dan setelah dapat, akan datang menjemput calon isteriku ini!”

Song Kun lalu menyimpan pedangnya dan melompat pergi lalu lari cepat sekali. Cin Hai tidak mempedulikannya, bahkan menengoknya pun tidak oleh karena ia merasa gelisah sekali melihat betapa wajah Lin Lin menjadi agak kebiru-biruan.

Akan tetapi ternyata bahwa serangan racun itu hanya berlangsung sebentar saja dan tak lama kemudian Lin Lin telah siuman kembali. Cahaya merah kembali ke mukanya dan ia membuka matanya. Ketika ia melihat bahwa ia berada dalam pelukan Cin Hai, ia lalu merangkul leher pemuda itu dan terisak menangis.

“Lin-moi, mengapa kau melanggar pantanganmu?”

“Hai-ko, aku tidak ingat akan hal itu, aku terlalu kuatir melihat kau terancam bahaya sehingga aku terlupa bahwa aku tidak boleh berkuatir.”

Cin Hai tersenyum.
“Jangan kuatir, Moi-moi. Biarpun harus kuakui bahwa Song Kun memang lihai, akan tetapi aku takkan kalah terhadapnya. Lihat sajalah kalau lain kali ia berani mengganggu kita lagi akan kuhabiskan nyawanya!”

“Dia dimana, Koko?”

Cin Hai hendak menceritakan apa yang telah terjadi, akan tetapi ia takut kalau-kalau Lin Lin akan merasa berkuatir mendengar betapa pemuda pesolek itu hendak mencari obat baginya dan hendak kembali menjemputnya kelak! Maka ia lalu menjawab,

“Setelah aku berhasil membabat putus sabuk merahnya, agaknya ia menjadi jerih dan lalu melarikan diri.”

Lin Lin menarik napas lega dan mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka menuju ke barat denga perlahan dan tidak tergesa-gesa.

**** 151 ****





Tidak ada komentar :