*

*

Ads

Rabu, 12 Desember 2018

Pendekar Sakti Jilid 019

Gui Tin mengelus-elus kepala Kwan Cu di dekatnya sebelum menjawab, lalu dia menatap wajah An Lu Shan sambil berkata,

“Biarpun kitab ini sukar sekali di terjemahkan, akan tetapi aku sanggup mengerjakan asalkan ciangkun bersabar menanti. Akan tetapi, hanya satu saja permintaanku sebagai biaya penterjemahan, yaitu, kau lepaskan dan bebaskan muridku ini untuk pergi dari sini dan jangan mengganggu padanya!”

“Tidak Gui-lopek! Aku tidak mau meninggalkan kau orang tua. Siapa yang akan merawatmu, siapa yang akan menggosokkan bak untukmu, dan siapa yang akan kau suruh-suruh dalam mengerjakan semua ini? Gui-lopek, jangan suruh aku pergi meninggalkanmu!” tiba-tiba Kwan Cu berkata.

Sementara itu, An Lu Shan yang cerdik sekali ketika melihat betapa Gui Tin amat sayang kepada muridnya, timbullah sebuah pikiran yang amat cerdik.

“Gui-siucai, aku berjanji takkan mengganggu muridmu. Akan tetapi, dia baru kubiarkan pergi kalau kau sudah selesai menterjemahkan kitab ini. Ingat, makin cepat kau menterjemahkannya, makin cepat pula aku melepaskan anak ini. Sementara itu, siapa lagi yang akan melayanimu selain anak ini? Orang lain tidak boleh melihat kitab ini. Kau tentu mengerti maksudku, bukan?”

Gui Tin mengerti baik sekali. Siapa saja yang sudah melihat kitab ini harus mati, temasuk pula Kwan Cu! Maka sastrawan ini menjadi gelisah dan berduka sekali, akan tetapi dia dapat menindas perasaanya dan menyatakan kesanggupannya.

“Baik, akan kukerjakan mulai hari ini juga. Akan tetapi aku tidak mau diganggu dan biarkan aku dilayani oleh muridku di dalam kamar tertutup.”

An Lu Shan mengangguk.
“Baik, Gui-Siucai. Kau akan bekerja di dalam kamarku ini dari pagi sampai petang. Setiap pagi kau masuk ke sini dan setelah petang kau keluar dari kamar ini, meninggalkan terjemahan dan kitab aslinya.”

Demikianlah, mulai hari itu Gui Tin mengerjakan terjemahan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng, dilayani oleh Kwan Cu. Karena maklum dia dan muridnya diintai dari luar dan diawasi, Gui Tin tidak berani bicara sembarangan terhadap Kwan Cu, dan dia melakukan terjemahan itu selambat mungkin.

Isi kitab ini benar-benar hebat. Di situ terdapat aturan-aturan dan cara-cara melatih tentara, membentuk barisan, dan mengatur penyerangan secara lihai sekali. Di samping itu, terdapat pula latihan-latihan ilmu silat yang aneh-aneh, cara bersamadhi dalam bentuk yang paling istimewa, kemudian ada pula ilmu pukulan yang hebat-hebat sehingga membaca sebentar saja Gui Tin sudah merasa pening kepala dan juga ngeri.

Ia pikir bahwa kalau dia menterjemahkan ilmu silat itu, apabila sampai dipelajari oleh orang jahat, maka orang itu akan merupakan manusia berkepandaian iblis yang sukar ditekan. Sebaliknya, kalau dia menterjemahkan ilmu perang, tidak ada jahatnya. Bukankah An Lu Shan seorang perwira dari kerajaan yang sudah terbukti membela negara. Kalau perwira itu mendapatkan pelajaran ilmu perang ini, bukankah hal ini baik sekali, tidak merugikan rakyat dan tidak merugikan negara?

Oleh karena inilah, maka Gui Tin lalu mulai dengan terjemahannya. Ia sengaja mendahulukan terjemahan ilmu perang yang aneh-aneh dan lihai itu, yang dilakukan sedikit demi sedikit.

Adapun terhadap Kwan Cu, dia memiliki sebuah cita-cita yang baik sekali. Kitab ini adalah kitab tiruan atau kitab palsu, ini Gui Tin yakin betul. Sayang dia sudah banyak lupa tentang sejarah yang pernah dibacanya mengenai kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng. Akan tetapi kitab sejarah itu masih bertumpuk di suatu tempat di mana dia menyimpan kitab-kitab kunonya. Kalau kelak kitab aslinya terdapat, mungkin dia telah tewas, dan muridnya inilah yang menjadi orang satu-satunya yang dapat membacanya!.

Oleh karena itu, maka Gui Tin lalu memberi pelajaran tentang bahasa tulisan kuno itu kepada Kwan Cu. Ia mengajar sedikit demi sedikit, secara lisan, karena kalau tertulis, ia khawatir akan terlihat oleh orang lain. Ia minta kepada Kwan Cu supaya mencatat dan menghafal di dalam otaknya.

Anak ini memang cerdik sekali. Apa yang sekali terdengar olehnya, seakan-akan menempel di otaknya dan tak mudah terlupa kembali. Oleh karena itu, semua yang dipelajarinya, dapat dihafalnya dengan mudah.

Pada keesokan harinya, ketika An Lu Shan melihat hasil terjemahan Gui Tin, bukan main girangnya. Ia membaca siasat-siasat kemiliteran yang rumit-rumit dan hebat-hebat, cara mengatur barisan, mengatur penyerangan dan mengatur penjagaan. Hebat! Inilah yang dicari-cari, inilah yang diimpi-impikan!

Maka serentak mulailah dia mempraktekkan semua siasat dan peraturan melatih tentara yang dibacanya dari terjemahan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng itu.






Tiga bulan terlewat cepat sekali dan selama empat tahun ini, Gui Tin baru menterjemahkan setengah dari pada ilmu perang itu! Akan tetapi hasilnya bagi An Lu Shan bukan main besarnya! Kini bala tentara yang dipegangnya, merupakan barisan yang kuat dan memiliki pendidikan militer yang lain dari pada yang lain! Semua ini berkat pelajaran dari Im-yang Bu-tek Cin-keng dan tentu saja An Lu Shan merasa bangga dan puas sekali.

Adapun dalam waktu tiga bulan itu, Kwan Cu dengan penuh ketekunan mencurahkan segenap tenaga, otak, dan perhatiannya untuk menghafal dan mempelajari bahasa tulisan kuno yang dipergunakan untuk menuliskan kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng itu. Dan ketika tanpa di sengaja dia melirik ke arah kitab yang sedang di terjemahkan oleh gurunya, dia hampir berseru girang karena dia dapat membacanya dengan mudah!

"Gui-lopek! Bukankah baris atas berbunyi; Barisan Kwan-im Pouwsat menyebar biji teratai…?”

"Sstttt!"

Gui Tin cepat menutup mulut Kwan Cu, lalu berkejap mata. Kwan Cu cerdik, dia tahu bahwa sesungguhnya bukan karena terjemahan itu sukar bagi gurunya, melainkan karena gurunya sengaja memperlambat terjemahan itu!

"Lopek, mengapa tidak cepat-cepat menyelesaikan saja agar kita dapat segera pergi dari sini?"

Gui Tin menggeleng kepala dan menarik napas panjang. Sukar baginya untuk bicara karena dia tahu bahwa selalu ada penjaga yang menjaga di luar kamar dan mendengarkan percakapan mereka, maka dia sengaja berkata keras-keras sambil memberi kedipan mata kepada muridnya itu,

"Enak saja kau bicara! Apa kau kira menterjemahkan kitab seperti ini sama mudahnya dengan makan bakso?"

Demikianlah, kedua orang guru dan murid ini main sandiwara. Diam-diam Gui Tin menunjuk ke arah kitab bagian pelajaran ilmu silat dan minta Kwan Cu membacanya! Anak ini menurut saja dan ketika dia mulai membaca pelajaran itu, dia merasa kepalanya sampai berdenyutan saking merasa aneh dan terheran-heran!

Ia pernah menerima pelajaran siulian (samadhi) dari Pek-cilan Thio Loan Eng, juga pernah menerima pelajaran melatih napas. Akan tetapi apa yang dia baca di kitab ini benar-benar luar biasa sekali! Dulu ketika dia belajar siulian dari Loan Eng, dia diharuskan duduk dengan sikap tegak, kedua kaki bersila, dengan mata diarahkan ke ujung hidung sendiri sambil mengatur pernapasan dan mengosongkan pikiran. Sekarang apa yang dibacanya?

Bermacam-macam aturan tentang samadhi terdapat dalam kitab ini. Ada samadhi dengan berdiri jungkir balik, yaitu kepala di atas lantai dan kedua kaki diangkat ke atas, ada pula yang menggantung di atas pohon, dan berbagai macam cara aneh-aneh lagi! Dan latihannya bernapas juga luar biasa anehnya!

Menurut pelajaran yang di terima dari Loan Eng dahulu, menyedot dan mengeluarkan napas harus selambat-lambatnya dan sepanjang-panjangnya, di waktu meyedot hawa harus dikumpulkan di dada sehingga dada mengembung dan perut menipis, kemudian di waktu mengeluarkan napas, dada harus dikosongkan dan hawa murni dari dada harus ditarik ke dalam perut untuk memperkuat tian-tan sehingga dada mengempis dan perut mengembung. Akan tetapi di dalam Im-yang Bu-tek Cin-keng ini bahkan sebaliknya!

Kwan Cu benar-benar tidak mengerti. Akan tetapi dasar dia berbakat baik sekali dalam ilmu silat, maka ketika dia membaca ini, malam harinya ketika Gui Tin sudah mendengkur, anak ini bersamadhi yang tadi dibacanya di dalam kitab itu, juga melatih pernapasan seperti yang dibacanya siang tadi!

Hasilnya bukan main! Kwan Cu hampir gila karenanya! Kalau saja dia tidak memiliki tulang yang baik dan bahan bersih dalam dirinya, mungkin otaknya sudah menjadi miring.

Ketika dia bersamadhi menurut kedudukan yang dipelajari dalam kitab, yakni dengan kepalanya yang gundul di atas lantai dan kedua kakinya di atas bersandar tembok, dia merasa kepanya berdenyut-denyut karena semua darah mengalir ke bawah dengan cepat.

Kemudian, ketika dia hendak mengosongkan pikiran dan mengheningkan panca inderanya, bermacam-macam bayangan setan terbayang di depan matanya, dan berbagai macam hal yang ngeri-ngeri teringat olehnya. Juga latihan pernapasan itu membuat perutnya merasa mual dan dadanya sakit.

Akan tetapi karena dia memang keras hati, dia melanjutkan latihannya sampai beberapa hari. Terjadilah hal yang aneh dalam dirinya. Ia merasa ada tenaga saling tarik-menarik di dalam dadanya dan perjalanan darahnya mengalir sebentar cepat sebentar lambat.

Ketika dia telah melatih selama sebulan, dia telah dapat membiasakan diri dengan cara baru ini dan pada suatu tengah malam, dia mendengar buku-buku tulang diseluruh tubuhnya berbunyi keletak-keletuk! Ia tidak tahu bahwa karena latihannya ini, dia telah melenyapkan hasil latihannya yang dahulu.

Perasaan tidak enak dan tarik menarik tenaga di dalam dadanya adalah pertempuran antara tenaga latihan yang berlawanan, dan ternyata bahwa cara latihan menurut kitab rahasia itu lebih kuat sehingga dalam waktu beberapa hari saja tenaga latihan cara baru ini dapat mengalahkan tenaga latihan yang dahulu!

Karena tiada waktu untuk melatih diri dengan ilmu silat seperti yang diuraikan di dalam kitab itu, maka Kwan Cu lalu membaca saja kitab itu seperti orang membaca buku cerita! Akan tetapi dia membaca tidak sembarang membaca, melainkan menghafal isi kitab itu sedikit demi sedikit.

Enam bulan telah lewat dan kini Gui Tin telah menyelesaikan pekerjaannya menterjemahkan ilmu perang dari kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng! Terjemahan itu diambil oleh An Lu Shan untuk dipraktekkan, adapun kitab aslinya masih berada di dalam kamar, karena Gui Tin harus menterjemahkan ilmu-ilmu yang lain!

Dan pada petang hari itu terjadilah hal yang hebat! Baru saja Gui Tin menutup kitab itu setelah mulai menterjemahkan bagian pertama dari ilmu silat, tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar kamar dan tak lama kemudian pintu kamar itu terbuka lebar.

Seorang laki-laki bertubuh gemuk dengan baju terbuka bagian dada sehingga nampak dadanya itu brewok, juga mukanya penuh brewok, meloncat masuk! Gui Tin dan Kwan Cu melihat betapa beberapa orang penjaga yang tadinya menjaga di luar pintu kamar itu kini menggeletak malang-melintang dalam keadaan tidak bernyawa pula!

Laki-laki brewok ini melihat kitab yang sudah di masukkan ke dalam peti hitam dan ditaruh di atas meja. Tanpa banyak cakap, dia melompat ke dekat meja, memegang peti hitam itu dan berpaling kepada Gui Tin.

"Gui-siucai, inikah kitab Im-yang Bu-tek Cin-keng yang kau terjemahkan?" tanyanya kepada Gui Tin dan suaranya parau dan kasar sekali.

Gui Tin mengangguk dengan wajah pucat. Orang itu menyambar peti dan juga tangan kanannya menyambar Gui Tin yang terus dikempitnya dan hendak pergi dari situ.

"Jangan kau culik guruku!"

Tiba-tiba orang itu merasa ada sambaran keras dari belakang menuju ke arah pundak kanannya! Sambaran ini adalah angin pukulan yang hebat, maka dia terkejut sekali. Terpaksa dia melepaskan tubuh Gui Tin dan mengangkat tangan menangkis.

Ternyata yang menyerang adalah Kwan Cu! Anak ini yang melihat gurunya hendak dibawa, menjadi nekad dan memukul ke arah pundak orang itu dengan maksud merampas gurunya. Tidak tahunya bahwa pukulan itu mengandung tenaga lweekang yang didapat dalam melakukan latihan siulian itu, maka juga hebat sekali datangnya. Akan tetapi, orang itu lihai sekali. Dengan keras lengannya menangkis dan tubuh Kwan Cu terpental membentur tembok!

Orang itu tertawa dan hendak menyambar tubuh Gui Tin, akan tetapi pada saat itu , dari luar terdengar suara teriakan berkali-kali,

“Tangkap penjahat!”

Orang yang mencuri kitab itu melompat keluar dan disambut oleh An Lu Shan, An Lu Kui dan Li Kong Hoat-ong sendiri dan di belakang mereka ini masih terdapat puluhan orang perwira!.

Ketika melihat orang brewokan ini, Li Kong Hoat-ong, An Lu Shan dan An Lu Kui menjadi terkejut sekali, sebaliknya si brewok ini hanya tertawa saja menghina, sama sekali tidak merasa gentar dan bahkan suara ketawanya menyatakan bahwa dia memandang rendah semua orang itu.






Tidak ada komentar :