*

*

Ads

Selasa, 30 April 2019

Pendekar Bodoh Jilid 036

Setelah mencari Ang I Niocu di Liok-bin-si dengan sia-sia, Cin Hai lalu kembali ke Sam-hwa-bun untuk mengunjungi rumah keluarga Kwee In Liang.

Dan sebuah hal yang tak terduga-duga terjadi! Ketika ia tiba di sebuah kaki gunung di jalan yang sunyi senyap, tiba-tiba ia melihat titik merah mendatangi dengan sangat cepat dari depan! Hatinya berdebar girang karena hanya seorang manusia berpakaian merah di dunia ini yang dapat bergerak seperti itu! Ia segera mengendurkan tindakan kakinya karena ia tidak mau memperlihatkan kepada Ang I Niocu bahwa ia sekarang telah memiliki ilmu gin-kang yang hebat.

Benar saja dugaannya, tak lama kemudian Ang I Niocu tiba di hadapannya. Ang I Niocu tiba-tiba berhenti bagaikan ditahan oleh tenaga raksasa ketika ia melihat pemuda yang berdiri memandangnya dengan wajah berseri-seri itu! Ia hampir pangling melihat Cin Hai dan tak pernah disangkanya bahwa waktu yang tiga tahun lamanya itu telah mengubah Cin Hai dari seorang kanak-kanak menjadi seorang pemuda yang cakap dan tegap!

“Kau… kau… Hai-ji…?” bisiknya.

“Niocu!”

Cin Hai tertawa lebar, dan maju memegang tangan Ang I Niocu. Kegirangan besar membuat ia lupa akan kesopanan dan ia memegang tangan Dara Baju Merah itu dengan erat bagaikan bertemu dengan seorang yang telah lama dirindukannya. Sebenarnya perasaan Cin Hai ketika itu terhadap Ang I Niocu hanyalah perasaan kasih sayang terhadap orang yang dianggapnya paling baik di dunia ini.

Akan tetapi sikapnya telah dipandang salah oleh gadis itu. Ang I Niocu mengira bahwa Cin Hai mempunyai perasaan yang sama terhadap dirinya, maka kalau tadinya ia merasa ragu-ragu dan selalu kata-kata Bu Pun Su bergema di dalam telinganya hingga ia tidak ingin memperlihatkan kesukaan hatinya karena pertemuan ini, maka sekarang hatinya meluap-luap karena girangnya. Ia balas memegang lengan tangan Cin Hai yang kuat itu dan berkali-kali berbisik,

“Hai-ji… Hai-ji…”

Mereka lalu pergi duduk di pinggir jalan sambil saling pandang dengan mesra.
“Hai-ji, kau telah tiga tahun belajar kepandaian dari Susiok-couw, tentu sekarang telah memiliki kepandaian tinggi.”

“Ah, Niocu, kepandaian apakah yang dapat kupelajari dengan baik? Suhu hanya memberi pelajaran menari!”

Sambil berkata demikian, Cin Hai mencabut sebatang suling dari pinggangnya dan mengangkat suling itu tinggi-tinggi sambil tertawa. Ang I Niocu juga tertawa girang.

“Kalau begitu, tentu kau sekarang telah dapat menarikan Tari Bidadari?” tanyanya sambil memandang muka yang tampan dengan hiasan rambut yang hitam bagus.

“Barang kali saja dapat. Aku pun telah lama ingin sekali melihat kau menari, Niocu. Bagaimana kalau kita menari bersama-sama? Aku akan mencoba mengikuti gerakanmu.”






Dengan girang sekali Ang I Nioct berdiri, diikuti oleh Cin Hai yang segera meniup sulingnya. Memang pemuda ini selama belajar silat pada Bu Pun Su, tak pernah lupa untuk meniup sulingnya yang menjadi kesukaannya. Bahkan gurunya sendiri suka sekali mendengar tiupan sulingnya yang merdu.

Maka terdengar tiupan suling yang indah dan merdu di kaki gunung itu. Ang I Niocu lalu menari dengan gerakan yang indah dan gemulai dan Cin Hai yang sudah mempelajari pokok-pokok segala silat, sekali lihat saja dengan mudah dapat mengimbangi tarian itu! Memang Tarian Bidadari bukanlah sembarang tarian dan pada hakekatnya adalah sebuah ilmu silat yang lihai.

Sepasang pemuda-pemudi itu menari dengan indahnya di tempat yang sunyi itu, gerakan kaki mereka cocok sekali bagaikan memang diatur sebelumnya, hanya kalau sepasang lengan tangan Ang I Niocu bergerak dengan lincah indah, maka kedua tangan Cin Hai tidak digerakkan karena ia menggunakan untuk memegang suling yang ditiupnya untuk mengiringi tarian itu.

Bukan main senangnya hati Ang I Niocu dan ia juga merasa kagum sekali karena gerakan kaki Cin Hai sungguh tepat dan tidak ada salahnya. Gadis ini merasa sangat bahagia dan gembira hatinya hingga ia menari-nari sambil tertawa-tawa girang dan memandang wajah Cin Hai dengan sinar mata penuh rasa cinta!

Sebaliknya, Cin Hai juga gembira, akan tetapi ia menari dengan tenang dan wajahnya yang tampan itu tidak memperlihatkan perasaan apa-apa, hanya girang dan gembira.

Setelah selesai menari, mereka kembali duduk di atas batu di pinggir jalan.
“Hai-ji, kau hebat sekali! Dalam tiga tahun saja kau telah dapat meniru Tarian Bidadari demikian sempurnanya! Kau tentu telah mempelajari ilmu silat yang tinggi sekali dari Susiok-couw! Coba kau perlihatkan pelajaran ilmu silatmu itu untuk kukagumi.”

“Sesungguhnya, Niocu. Aku tidak mempelajari apa-apa, hanya tarian-tarian itu saja. Bahkan tarian itu pun baru dapat kulakukan jika kau menari bersamaku, kalau aku disuruh menari seorang diri aku takkan sanggup melakukannya.”

Ang I Niocu memandang heran, akan tetapi ia percaya bahwa Cin Hai tidak berbohong. Ia hanya menyangka bahwa pemuda ini memang agak bodoh hingga susiok-couwnya tidak memberi pelajaran lain ilmu silat yang tinggi.

“Biarlah, kau jangan kecewa, Hai-ji. Mulai sekarang, aku akan memberi pelajaran silat kepadamu!”

“Terima kasih, Niocu kau memang baik sekali.”

“Sekarang, kau hendak ke mana, Hai-ji? Apakah kau telah bertemu dengan Bibimu dan keluarga Kwee?”

“Aku sudah bertemu dengan Ie-thio, akan tetapi belum bertemu dengan Ie-ie. Sebetulnya aku pun sedang menuju ke sana untuk menghadiri pesta perayaan ulang tahun Ie-thio.” Cin Hai lalu menceritakan pengalamannya dan pertemuannya dengan Kwee In Liang.

Ang I Niocu mengerutkan alisnya yang bagus.
“Kalau begitu, keadaan mereka berbahaya sekali. Aku mendengar bahwa perwira-perwira Sayap Garuda adalah lihai sekali. Apakah kau hendak membantu mereka? Kalau begitu biarlah aku ikut dengan kau untuk membantu mereka!”

Cin Hai merasa girang sekali mendengar ini. Demikianlah mereka bercakap-cakap dengan gembira sekali dan Ang I Niocu telah lupa sama sekali akan pesan susiok-couwnya setelah bertemu dengan Cin Hai! Mereka mengambil keputusan untuk datang di Sam-hwa-bun pada saat pesta dilangsungkan.

**** 036 ****





Tidak ada komentar :