*

*

Ads

Jumat, 07 Juni 2019

Pendekar Bodoh Jilid 130

“Setelah Suhu meninggal, yang berhak mengajar teecu hanyalah suhengku, Lie Kong Sian seorang! Akan tetapi, kalau Supek hendak merendahkan dan menurunkan tangan kejam kepada teecu, silakan, teecu sedikit pun tidak merasa takut!”

Kalau kiranya bukan Bu Pun Su yang menerima tantangan ini, tentu ia akan menjadi marah dan tak bersabar lagi, akan tetapi kakek jembel ini memiliki kesabaran yang luar biasa dan lagi ia merasa tidak tega untuk menurunkan tangan besi kepada seorang murid sutenya.

“Song Kun, Suhumu dulu lebih keliru memilih murid. Aku tidak sudi untuk mengotori tanganku pada tubuhmu. Akan tetapi, kalau kau hendak memaksa dan melanjutkan maksudmu menculik muridku perempuan ini, kau majulah dan boleh kau coba-coba kepandaian Supekmu!”

Sambil berkata demikian, Bu Pun Su melangkah maju dan menghadapi Song Kun dengan dada terangkat.

Kalau Song Kun mengangkat tangan dan menusuk dengan pedangnya, maka dada kakek itu akan tercapai oleh ujung pedang, akan tetapi Song Kun bukanlah demikian bodoh untuk melakukan hal ini. Ia maklum bahwa ilmu kepandaian Bu Pun Su amat tinggi dan bahwa saat itu Bu Pun Su sedang memancing-mancing agar ia turun tangan terlebih dulu hingga kakek ini mempunyai alasan untuk menghajarnya!

Kalau tadi ia mengeluarkan ucapan menantang, itu hanya karena ia merasa yakin bahwa Bu Pun Su takkan mau turun tangan terhadapnya. Maka, sambil tertawa mengejek ia berkata dan memasukkan pedangnya kembali.

“Supek, dunia bukanlah sebesar telapak tangan. Di mana-mana banyak terdapat wanita cantik maka untuk apakah teecu harus berebut seorang wanita dengan Supekku sendiri? Ha, ha, ini amat menggelikan dan akan menjadi buah tutur orang-orang saja! Supek, teecu tidak mau nekat merebut perempuan ini, biarlah kalau Supek menghendakinya, dia boleh ambil! Akan tetapi,” katanya sambil menuding kepada Cin Hai dengan pandangan mata mengancam, “kau telah berani turun tangan kepada aku yang menjadi Suhengmu, maka awaslah kau! Lain kali kita bertemu, jangan harap aku akan dapat mengampuni jiwamu lagi!”

Setelah berkata demikian, Song Kun menjura di depan Bu Pun Su sambil tersenyum menyindir, kemudian tubuhnya berkelebat dan lari turun dari bukit itu!

Bu Pun Su menghela napas.
“Kasihan sekali bahwa Han Le harus pula menerima nama busuk sesudah mati oleh karena perbuatan muridnya itu! Ah, begitulah kalau salah menerima murid. Tidak heran bahwa jarang ada orang-orang cerdik pandai yang mau mengambil murid. Cin Hai, kau telah menyaksikan sendiri betapa tinggi ilmu silat Song Kun dan betapa hebat pedang Ang-ho-sian-kiam itu hingga Liong-coan-kiam sendiri sampai terputus olehnya! Melihat mukanya, orang seperti dia itu tentu akan membuktikan ancamannya maka mulai sekarang kau harus berlaku hati-hati sekali. Juga Lin Lin berada dalam bahaya, maka baiknya biarlah dia ikut padaku untuk memperdalam ilmu silatnya hingga cukup kuat apabila kelak bertemu dengan Song Kun.”

Kakek itu lalu membebaskan totokan yang mempengaruhi tubuh Lin Lin hingga gadis itu dapat bergerak kembali dan berlutut di depannya.

“Lin Lin, kalian telah menanam bibit permusuhan dengan Song Kun yang merupakan lawan tangguh sekali. Jangankan kau, bahkan Cin Hai sendiri kalau tidak memiliki pedang yang dapat melawan Ang-ho-sian-kiam agaknya akan sukar untuk dapat merobohkannya. Maka, sekarang kau ikutlah aku untuk memperdalam ilmu pedangmu yang masih mentah. Dan kau, Cin Hai, kau pergilah ke Kansu. Di antara ratusan buah gua yang terdapat di Kansu, yaitu gua-gua Tun-huang, disitu terdapat sebuah gua yang menyimpan sepasang pedang mustika, yaitu Liong-cu-siang-kiam atau Sepasang Pedang Mustika Naga. Hanya pedang itulah agaknya yang sanggup dihadapkan Ang-ho-sian-kiam (Pedang Dewa Api Merah) dari Song Kun tadi! Kelak, kau boleh menyusul Lin Lin ke Gua Tengkorak.”

Cin Hai lalu berlutut dan menyatakan bahwa ia hendak mentaati perintah suhunya itu. Kemudian Bu Pun Su meninggalkan tempat itu bersama Lin Lin setelah kedua orang muda itu saling lirik dengan pandangan mata yang mesra. Cin Hai lalu bangun dan berdiri memandang sampai bayangan dua orang itu lenyap di sebuah tikungan. Hatinya merasa lega dan gembira, Lin Lin telah tertolong dan selamat dan kini ia tidak perlu merasa kuatir lagi oleh karena di dalam tangan Bu Pun Su, gadis itu akan aman sentausa melebihi daripada dalam pelukan ibu sendiri!

Ia lalu memikirkan keadaan Yousuf yang lenyap dan menguatirkan keadaan orang Turki yang budiman itu. Akan tetapi, kebetulan sekali ia mendapat tugas mencari pedang di Propinsi Kansu dan ia mengambil keputusan untuk sekalian mencari jejak Yousuf dan apabila perlu menolong orang Turki itu.

Ia hanya menyayangkan bahwa dalam berlari mengejar Song Kun, ia telah meninggalkan hutan dimana Yousuf tinggal itu jauh sekali hingga ia pun tidak tahu dimana adanya burung bangau yang ditinggalkannya di dalam hutan.

Cin Hai tidak tahu bahwa Lin Lin yang menceritakan pengalamannya kepada Bu Pun Su di tengah jalan, lalu minta kepada kakek itu untuk mampir di hutan itu. Mereka mencari jejak Yousuf dan mendengar dari seorang Turki bahwa Yousuf telah dilarikan oleh keponakannya sendiri dan kini entah berada dimana.

Dan di dalam hutan itu juga, Lin Lin mendapatkan kembali meraknya, bahkan selain Sin-kong-ciak, disitu terdapat pula Ang-siang-kiam si Burung Bangau Besar itu hingga kedua burung sakti itu lalu dibawa oleh Bu Pun Su ke Gua Tengkorak.

**** 130 ****





Tidak ada komentar :